Membicarakan tentang Aceh tidak pernah usai, selalu ada tema untuk dibahas, ditulis dan diriset. Aceh kaya dengan historical sehingga Aceh menjadi locus riset ilmuwan dan sejarawan.
Aceh telah melewati sejarah panjang, dimana Aceh menjadi locus peradaban Islam pertama di Nusantara. Sinar Islam, dari Aceh hingga Nusantara.
Banyak sekali keunikan Aceh, apalagi asal usul etnis Aceh, yang “anthropologis mixtum”, sangat variatif. Banyak statemen berkenaan asal usul bangsa Aceh, diantaranya diutarakan Teungku Kuta Karang, Hurgronje, Denis Lombard, dan banyak lagi yang lain.
Aceh akan terus menjadi “charming” riset, dan selalu semangat diskusi tentang Aceh. Dari banyak tema, ada tema yang menarik untuk dicermati tentang Aceh, yakni; Aceh telah Tiga Kali Ganti Nama.
Ganti nama, tentu punya histori dan semangat zaman turut menentukan perubahan nama “Aceh”. Ganti nama, bukan sekedar “trend” dan prestisius belaka. Tetapi lebih dari itu, nama adalah “pengetahuan”, atau “naming is knowledge”, jadi nama adalah sinopsis pengetahuan.
Memang, ada asumsi tertentu dalam masyarakat jika diganti nama, tandanya nama itu tidak cocok baginya. Maka perlu dicarikan nama lain untuk disesuaikan dengan karakternya.
Ada juga asumsi lain, ganti nama karena “sering sakit”, nama itu tidak tepat baginya. Boleh jadi, nama itu terlalu berat sehingga ia akan memikul beban besar.
Asumsi diatas, boleh jadi itu adalah mitos atau hanya sekedar persepsi untuk menafsir proses pergantian nama.
Beda dengan William Shakespeare, nama tidak punya arti apa-apa, ia lebih fokus pada substansi dari nama. Ia bilang “what’s in a name”, apalah arti sebuah nama.
Aceh sudah tiga kali ganti nama dalam sejarahnya. Pergantian dimulai setelah runtuhnya Kerajaan Aceh Darussalam, saat itu Bendera Hindia Belanda pernah berkibar di Aceh.
Awalnya, wilayah ini dinamakan “Kerajaan Aceh Darussalam” setelah Aceh menguasai banyak wilayah di Nusantara. Memang ada yang sebutkan, sebelum Islam datang nama kerajaan Aceh Darussalam, yakni; Indra Purba.
Lalu, setelah Kemerdekaan Indonesia 1945, nama Aceh menjadi Provinsi “Daerah Istimewa Aceh”. Masyarakat Aceh hidup dengan nama ini relatif lama. Ini perubahan pertama setelah kemerdekaan.
Tidak berhenti pada nama “Daerah Istimewa Aceh”. Penamaan wilayah Aceh sangat dinamis dan terus berubah. Nama tersebut diubah lagi menjadi Provinsi “Nanggroe Aceh Darussalam”.
Denyut sejarah Aceh begitu kuat, dan expectation perubahan pun begitu tinggi, tentu saja dengan harapan kemakmuran dan kesejahteraan terwujud di Aceh.
Hari berganti dan tahun pun berganti, begitu juga nama Aceh turut berganti. Nama provinsi “Nanggroe Aceh Darussalam” berganti lagi dengan nama baru, yakni; Provinsi “Aceh”.
Meski terus berganti, tetapi pergantian nama tersebut tidak menghilangkan kata “Aceh”, nama “Aceh” selalu ada, baik Daerah Istimewa Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Aceh.
Setiap pergantian nama, tentu ada expectation/harapan dan cita – cita yang ingin dicapai. Tentu saja, keinginan untuk Aceh yang lebih baik, dimana masyarakatnya hidup damai, makmur, sejahtera dan penuh keadilan.
Kedepan, kita tidak tahu dan bagaimana sejarah Aceh selanjutnya. Apakah, Aceh akan berganti nama lagi seperti nafas sejarahnya, atau akan fokus pada peningkatan kesejahteraan.
Semoga masyarakat Aceh dapat hidup makmur dan sejahtera. Amin.


768166 135851I like this blog its a master peace ! Glad I observed this on google . 182649
257234 944358quite nice post, i definitely enjoy this fabulous web site, persist with it 872258
105134 574772An extremely intriguing examine, I might possibly not concur entirely, but you do make some really valid points. 719420
490396 779397As I web-site possessor I believe the content matter here is rattling great , appreciate it for your efforts. You should maintain it up forever! Best of luck. 882267
793278 313485A thoughtful insight and suggestions I will use on my site. Youve clearly spent some time on this. Congratulations! 616961