Ku hampiri buku – buku fiksi ( fiction), fiksi tetap fiksi, jika pun data yang disebutkan ada tetapi narasinya bukan kisah sesungguhnya. Mungkin saja, nama dan tempat peristiwanya benar. Tetapi kisahnya bukan, meskipun benar – persentasenya rendah. Lagi – lagi narasinya dibangun, atau dramatisir penulis ulung nan brilian.
Fiksi (fiction) selamanya menjadi fiksi, tidak akan berubah menjadi realitas – yang bernilai objektif. Jika saja, fiksi diperas dengan metode riset, maka esensi – yang paling dominan terlihat adalah nama dan lokasinya serta materi yang disebutkan.
Sebaliknya, fiksi adalah imajinasi penulis sekaligus modifikasi terhadap realitas. Bahkan, realitas atau fakta akan berubah menjadi fiksi jika dinarasikan melebihi faktanya. Cerita fiksi, lazimnya akan mengajak setiap orang menikmati kisah dramatis.
Memang, tidak selalu berkonotasi negatif. Bahkan, kisah itu dapat menghibur banyak orang. Meskipun, ada makna integritas, loyalitas, dedikasi, heroik dan kecurangan didalam kisah itu. Narator menulis ulang fenomena sosial dalam kisah itu. Padahal, faktanya tidak ada. Pun begitu, fiksi selalu bernilai bagi orang yang mencari inspirasi.
Apa yang saya katakan diatas, hanya analisis dan pandangan saya. Tentu, akan ada pandangan lainnya yang lebih baik dan brilian. Dan selalu terbuka bagi pandangan dan pemahaman selanjutnya. Begitulah ilmu pengetahuan bekerja.


Fiksi membuat kita hanyut dalam drama imajinasi, dan benar fiksi itu mengaktifkan inspirasi.
Luar biasa tulisan bapak
bcdwtmfyq cljgu yvabooo eulj gohnsuxbxthihjp