LOGO AZZAWIY Langsa

Hamzah Al – Fansuri di atas Bukit

HAMZAH AL – FANSURI, sastrawan dan ulama sufistik yang sering dibincangkan dalam kajian tasawuf Nusantara.

OKTOBER lalu, bagi saya punya banyak cerita, misalnya; saya bisa rihlah / travelling. Boleh saja rihlah/travelling ini dikatakan RIHLAH ILMIAH, karena ziarah dimakam penyair dan ulama sufistik.

HAMZAH AL- FANSURI figure unik plus kontroversi, selain ajaran sufistik yang ditentang dan makamnya diceritakan banyak tempat. Kondisi itu membuat HAMZAH AL- FANSURI semakin populer, dan banyak yang ingin tahu tentang sosok uniknya.

Tentang makam diceritakan banyak tempat. Tentu saja tidak bermakna tubuhnya ada empat. Boleh jadi itu persoalan riset yang belum tuntas, dan butuh eksplorasi lebih lanjut.

Tulisan ini seputar rihlah/travelling ke makamnya. Saya tidak membahas gelora tasawuf falsafi-nya ditanah Aceh (Nusantara) yang ter-link dengan konsepsi sufistik Ibnu ‘Arabi.

Rihlah/travelling kali ini, saya memilih datangi makam HAMZAH AL – FANSURI di ujung Pancu, Desa Pekan Bada, Aceh Besar.

Makam HAMZAH AL – FANSURI di Ujung Pancu sedikit berbeda dengan makam Syekh Abdullah Kan’an. Makamnya dilereng bukit, hanya sedikit TANAH DATAR. Terjal dan laut terlihat begitu jelas. Karena, posisi makam diatas bukit sebelah lautan.

Apabila ingin ziarah ke Makamnya, butuh sedikit persiapan, karena harus mendaki dilereng bukit yang terjal pinggir laut. Butuh banyak energi jika ingin kesana,

Tentu saja “nafas agak tersengal sengal”. Mendaki dan keliling bukit. Namun, bagus untuk kesehatan, bisa hirup udara segar, olahraga, lihat view alam, dan bisa UJI NYALI.

Memang, Butuh NYALI atau sedikit berani, karena zona akan dituju mendaki bukit dipinggir laut, dan menyusuri hutan hijau. Disana, kita akan ditemani banyak pepohonan sepanjang jalan kecil nan sepi arah makam.

Baca juga :   HMI Kampus Kedua

BILA dilihat posisi makamnya, sangat tidak beralasan ia dimakamkan disana, diatas bukiit dengan lereng terjal dipinggir lautan.

Ziarah ke Makam Hamzah Al Fansuri

Bisa dibandingkan sambil berimajiner. Antara kondisi abad ke 16 -17 M dengan abad 21 M. Kondisi sekarang saja sangat rumit untuk sampai di makamnya, bagaimana dengan abad 16 – 17 M.

Ia seperti lazuardi dikenang banyak orang. Bukan hanya di Aceh dan Indonesia, ia dikenal di manca negara. Kata Naquib Alatas “ia punjangga Melayu terbesar abad 17, penyair sufi yang tidak ada taranya pada zaman itu”.

HAMZAH AL- FANSURI, penerima BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA pada tahun 2013, dianugrahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono di istana negara

Dibalik sastrawi dan sufistiknya, HAMZAH  AL – FANSURI dikisahkan banyak makamnya, padahal tubuhnya satu, “BAGAIMANA BISA”, tentu aneh kedengarannya. Tetapi begitulah ia dikisahkan. Ada yang bilang, makamnya di desa Oboh (Aceh Selatan), di Ujung Pancu, Desa Pekan Bada (Aceh Besar), di Mekkah, dan Langkawi (Malaysia).

Terlepas dari semua kisah itu, BENAR atau TIDAK. Kali ini, saya ziarah di Ujung Pancu, posisi makamnya diatas bukit.

Saya dan teman – teman sampai di makam. Kami tidak bertemu penjaga makam, sepi dan tidak ada orang lain.

Insya Allah, jika Allah izinkan suatu hari nanti saya akan ziarah di Desa Oboh, Aceh Selatan, Amin.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Politik itu

Related Posts

Post Terbaru