LOGO AZZAWIY Langsa

SINOPSIS

Abu Chik Diglee

image

Jrat Teungku Batee Bale

Oleh : Abu Chik Diglee

JRAT TEUNGKU BATEE BALE adalah lokasi makam kesultanan Samudra Pasai periode ke-3. Lokasi pemakaman itu terletak di gampong Meunasah Meucat, Blang Me, Samudra, Aceh Utara, provinsi Aceh.

Gampong Meunasah Meucat bersebelahan dengan gampong Lama, yang merupakan pemukiman penduduk yang padat, di era kejayaan kerajaan Islam Samudra Pasai.Di komplek Jrat Teungku Batee Bale, bersemayam jasad beberapa sultan dari kerajaan Islam Samudra Pasai, di antaranya sultan Shalahuddin yang wafat pada tahun 866 Hijriah (1462.M), sultan Abu Zaid Ahmad, yang wafat pada tahun 870 Hijriah (1466.M), sultan Mu’izzuddunya Waddin Ahmad, yang wafat pada tahun 870 Hijriah (1466.M), sultan Muhammad Syah yang wafat pada tahun 900 Hijriah (1495.M), sultan Al Kamil bin Manshur yang wafat pada tahun 900 Hijriah (1495.M), sultan ‘Adlullah bin Manshur yang wafat pada tahun 911 Hijriah (1506.M), sultan Muhammad Syah III yang wafat pada tahun 912 Hijriah (1507.M), sultan Abdullah bin Mahmud yang wafat pada tahun 914 Hijriah(1509.M), Khoja Sultan Ahmad yang wafat pada tahun 919 Hijriah (1514.M), dan sultan Zainal ‘Abidin IV yang wafat pada tahun 923 Hijriah (1517 M).

Setiap dari sultan yang memerintah tersebut, mencetak mata uang Dirham atas nama mereka masing masing, sesuai masa kekuasaannya. Jika kita menziarahi makam makam tersebut, kondisinya begitu sederhana dan bersahaja, suasanannya hanya menggambarkan keheningan makam, ditengah hamparan petak sawah dan perladangan, yang dikelilingi oleh perkampungan agraris.

Seandainya tidak tertulis di lokasi itu, kalimat Situs Cagar Budaya Makam Batee Bale, yang dibuat oleh Dinas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh, maka orang tidak akan memahami, bahwa makam itu adalah makam para sultan yang pernah berkuasa dan memerintah di era kerajaan Islam Samudra Pasai.

Baca juga :   Khalwat Dan 'Uzlah

Dengan adanya plang besi bertuliskan makam cagar budaya tersebut, maka masyarakat yang berziarah menjadi mengerti, bahwa kompleks pemakaman itu adalah makam yang mengandung nilai sejarah yang panjang, berkaitan dengan dakwah dan pengembangan Islam di wilayah Aceh, tanah Melayu dan kawasan Asia Tenggara. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. Wallahu’alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Sinopsis Abu Chik Diglee

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Politik itu

Related Posts

Post Terbaru