Kesetian, kejujuran, keterbukaan, akomodatif, kebersamaan dan teguh pendirian adalah konsep dasar membentuk pemimpin yang dialogis. Kesetiaan menjadi dasar yang penting dalam kepemimpinan.
Substansi dari kesetiaan adalah sense of belonging dan sense of empathy. Pilar ini dapat mengokohkan persatuan dalam satu ikatan organisasi. Apabila kesetiaan hilang atau pudar bahkan hilang, ini menjadi kondisi labil. Tentu, dampak negatifnya kepada soliditas lembaga maupun kelompok.
Kejujuran adalah inti asasi dalam membangun kepemimpinan. Pemimpin yang tidak dilandasi dengan prinsip ini tidak akan di cintai dan dihormati oleh orang yang dipimpinnya, ia penuh hipokrisi pada kepribadiannya.
Keterbukaan adalah ruang bagi kontribusi dan diskusi. Keterbukaan memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk ikut serta dalam memajukan dan menyukseskan lembaga. Ide dan pemikiran dapat dicurahkan dengan dialogis konstruktif dan produktif. Berfikir sendiri tidak lebih baik daripada berfikir secara bersama-sama. Dengan keterbukaan, kita mendapatkan banyak informasi, pengalaman dan pemikiran yang segar.
Akomodatif adalah ruang input aspirasi, hasrat, cita-cita, impian dari semua orang dalam memajukan lembaga atau organisasi. Konsepsi ini, sebetulnya dapat menghimpun segala hal yag dirasakan dan dipikirkan oleh orang yang dipimpinnya. Pemimpin jangan menghindar (avoid) atau tidak mau mendengarkan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anggotanya atau rakyatnya.
Kebersamaan diperlukan dalam semua aktivitas atau program yang diimplimentsikan. Aktif nya pemimpin akan memberikan semangat dan motivasi besar terhadap keberhasilan program yang dikerjakan. Pemimpin tidak boleh jauh dari kebersamaan karena kebersamaan menjadi perekat kesatuan. Kesamaan persepsi akan kokoh manakala dibarengi dengan kebersamaan.
Pemimpin harus konsisten dan konsekwen (istiqamah) pada hal-hal yang telah dirumuskan dan diputuskan bersama. Keputusan yang telah diambil hendaknya dikerjakan sesuai dengan hasil kesepakatan. Pemimpin tidak boleh menjadikan tujuan dan cita-cita sebagai tujuan sekunder, justeru sebaliknya sebagai tujuan primer. Hal terpenting lainnya, pemimipin mesti menjadi suri tauladan anggotanya secara khusus, umumnya untuk masyarakat luas.
Semoga tulisan ini menjadi masukan dan inspirasi buat kita semua dalam membangun kepemimpinan yang dialogis dan dicintai.

