Salam Yang Mulia Raja

Kemarin, “yesterday”, aku travelling di Aceh Utara, Lhoksukon, Kota yang aku kenal sejak usia remaja. Kota ini, dimana teman dan saudara ku tinggal. Dulu, ketika masih remaja, sering berkunjung dan bersilaturahmi di Kota ini.

Dalam travelling kali ini, aku sempatkan ziarah ke makam Sultan Malik ash Shalih dan Malik azh Zhahir.

Sebagai anak bangsa dan cinta sejarah Nusantara, khususnya Aceh. Tentu, penting untuk mengenal sejarah. Lagi pula, Bung Karno pernah ingatkan dengan akronim “JASMERAH”, jangan sekali – kali melupakan sejarah”.

Maka, sesibuk apapun dan sesingkat apapun hari itu, “yesterday”. Aku sempatkan ziarah di makam sang Raja besar.

“Salam yang Mulia Raja”, kata ini aku ucapkan untuk mu.

Ia, Raja besar dan dikenal di Nusantara raya. Namanya, berserakan dalam buku sejarah dan biografinya dibaca miliaran orang bahkan lebih.

“Salam yang Mulia Raja”, nama mu begitu besar, sebanding dengan kreasi dan dedikasi mu untuk negeri Pasai kala itu.

“Salam yang Mulia Raja”, kini engkau tertidur pulas selamanya, dan sudah begitu lama engkau tertidur. “Yang Mulia Raja”, engkau bukan insan hari ini, tetapi generasi abad ke – 13 dan 14 Masehi. Nama mu menyusuri lorong waktu hingga era milenial.

“Salam yang Mulia Raja”, nama mu dikisahkan setiap waktu. Selama 8 abad, nama mu terus diceritakan, baik verbal maupun tulisan. Banyak historian, arkeolog dan pencinta sejarah terus berdatangan di makam mu.

“Salam yang Mulia Raja”, meski kini engkau tidak berkuasa lagi, karena waktu telah membuat mu tertidur. Dan sang waktu, telah menanggalkan kekuasaan dan hidup mu. Tetapi, nama mu abadi setiap generasi.

“Salam Yang Mulia Raja”, Kebesaran nama mu melebihi kekuasaan mu.

Kekaguman ku kian membesar melihat keagungan nama mu. Tetapi, aku sadar bahwa “kekuasaan tidak abadi”. Namun, “nama dan dedikasi akan terus abadi hingga akhir masa”.

“Salam Yang Mulia Raja”, nama mu akan terus abadi. Aku yakin nama mu akan dibaca oleh generasi yang belum terlahirkan,  begitu seterusnya hingga akhir waktu.

“Salam yang Mulia Raja”, meski aku bukan hidup di zaman mu dan tidak terlahir ketika engkau berkuasa. Namun, aku kenal dirimu melalui karya historian dan pencinta sejarah.

Jika saja aku hidup di zaman itu, sangat mungkin aku tahu persis tentang dirimu dan dedikasi yang engkau pahat.

Namun, begitulah Allah menciptakan manusia pada setiap zaman dan waktu. Mereka hidup di zamannya, dan punya tugas di zamannya.

Setiap kita bernafas di zaman kita dan berkarya di masa yang ditentukan. Begitulah, Allah menentukannya. Karena, dunia ini milik – Nya.

Related Posts

Comments 1

  1. Sexy says:

    884288 330879I adore your wordpress template, exactly where did you download it from? 161303

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post Terbaru