Soal “Gelar”

Bagi sebagian orang, “gelar atau title” tidak penting, bahkan tidak perlu. Baginya, gelar bukan sesuatu yang signifikan. Gelar bukanlah tujuan utama dalam hidupnya.

Cara pandang itu, tidak salah dan dapat dimengerti. Baginya, “gelar” bukan prioritas, yang prioritas adalah “kualitas” personal.

Bagi yang mementingkan kualitas daripada “gelar”. Tentu, ada alasan rasional dibalik pandangannya. Sehingga, “gelar” baginya bukan prioritas dan tidak signifikan.

Apa itu “gelar”, dan kenapa “gelar” harus diberikan pada seseorang. “Gelar”, adalah sebutan kehormatan atau julukan pada seseorang.

Selain itu, “gelar” dapat dikatakan sinopsis ilmu. Sebab, “gelar” untuk menyebut karakter tertentu yang melekat pada seseorang. “Gelar”, juga menjelaskan identitas tertentu, ada dalam bentuk akronim dan tidak

Terlepas, dari pandangan yang tidak tertarik pada “gelar”. Sesungguhnya, “gelar”, banyak benefitnya. Diantara benefit itu, yakni; “gelar” bernilai prestige dan pragmatis.

Disamping itu, “gelar” juga gambaran dari loyalitas, dedikasi, integritas dan knowledge. Semua hal ini dijelaskan dengan “gelar”.

Upaya memperoleh “gelar”, kata kuncinya yakni; usaha keras. Tanpa usaha optimal “gelar” tidak akan diperoleh. Gelar, juga dapat disamakan dengan “achievement”, yaitu; capaian brilian yang diperoleh seseorang.

Gelar, muncul dari rangkaian proses panjang, tidak instan. Tidak “easy”, juga bukan “difficulty”, tetapi “gelar” diperoleh dengan cara rasional, prosedural dan usaha keras

Gelar, ada yang diperoleh melalui jalur akademis. Ada juga melalui jalur sosial dan genetik.

Tokoh besar, ilmuwan, ulama, dan para bangsawan. Mereka,  punya gelar baik yang diperoleh melalui akademis, sosial maupun genetik. Cara mereka mendapatkannya berbeda satu dengan lainnya.

Disini, perlu saya sampaikan, bahwa “gelar” dapat memotivasi dan menstimulasi orang untuk memperbaiki diri, seperti; harus cerdas, brilian, integritas, dedikasi dan knowledge.