Teman Diskusi

Akan lebih baik, diskusi bersama teman, sebab akan banyak oase ide yang mengalir. Apalagi teman yang “smart”, mereka akan berbagi pengalamannya untuk kita.

Memang, ada juga diskusi tanpa teman, yakni; diskusi dengan dirinya sendiri. Tidak melibatkan orang lain. Diskusi model ini, sifatnya eksklusif. Seperti, kontemplasi dan dialog imajiner.

Dia berdebat, bertanya dan dia juga yang menjawabnya. Diskusi model ini, banyak juga yang melakukannya.

Apabila ada teman diskusi, maka diskusi akan lebih asyik, energik, produktif, dan dinamis. Sebab, teman akan berperan sebagai pembanding, penguji sekaligus penguat argumentasi.

Setiap teman punya pengalaman unik, sebab banyak kondisi telah dilaluinya. Ada hal, yang tidak kita alami, sedangkan mereka pernah menghadapinya.

Apalagi, teman diskusi kita adalah praktisi, seperti jurnalis dan aktivis sosial, atau profesi lainnya. Tentu, diskusinya lebih survive dan kontributif. Mereka, seperti bank ilmu dan pengalaman.

Diskusi tidak harus ramai, berdua atau bertiga sudah cukup. Diskusi kecil, tidak berarti temanya kecil. Fokusnya, bukan pada kuantitas tetapi pada kualitas diskusinya.

Kualitas diskusi jauh lebih penting dari kuantitas. Sebab, ramai tidak menentukan kualitas.

Ada hal yang mesti dicatat, dimana diskusi tidak bergeser menjadi debat kusir. Sehingga, kualitas diskusi tidak lagi eksploratif dan edukatif.

Hari ini, kami bertemu dan berdiskusi banyak hal, meski waktu terbatas namun sangat inspiratif dan menyenangkan. Kedua teman saya ini, kanda Chaidir Hasballah dan T. Safrizal.