PLAYING VICTIM atau bermain korban merupakan perilaku seseorang yang menganggap dirinya sebagai suatu korban dalam sebuah permainan. Strategi “playing victim” ini sering terjadi dalam dinamika permainan politik yang menganggap dirinya selalu dikorbankan.
Apalagi dalam sistem demokrasi, proses mencapai kekuasaan didapatkan melalui simpati atau perhatian dari konstituen. Melalui strategi “playing victim” ini seseorang yang dianggap dirinya sebagai korban, akan mencari pembenaran dengan mendapatkan empati serta mendapatkan dukungan dari konstituen.
Dalam dinamika politik, perilaku “playing victim” sering terjadi dengan selalu menyalahkan orang lain terhadap sesuatu yang terjadi. Walaupun proses terjadinya suatu dinamika itu disebabkan oleh dirinya sendiri. Sehingga dirinya akan selalu menghindar dan lari dari tanggung jawab terhadap suatu kejadian tersebut.
Dalam melakukan kritikan terhadap kekuasaan, perilaku “playing victim” selalu membicarakan kekhilafan seseorang dengan tidak mengintrospeksi kekhilafan dirinya, sehingga selalu mengungkit-ungkit kejadian terdahulu yang menyebabkan seseorang akan terbeban dalam kehidupan masa akan datang.
Pada perilaku “playing victim” ini, seseorang tidak merasa dirinya pernah melakukan kekhilafan dalam kepemimpinan, sehingga dirinya selalu mencari pembenaran terhadap suatu kejadian dianggapnya ‘korban sebuah permainan politik’.
