ABU HAMZAH AL BAZZAR, memiliki nama lengkap Syekh Abu Hamzah al Baghdady al Bazzar bin Isa bin Abban, ia wafat di Baghdad pada tahun 289.Hijriah, bertepatan dengan tahun 902 Miladiah, ia wafat, sebelum sahabat karibnya syekh al Junayd al Baghdady wafat.
Syekh Abu Hamzah al Bazzar adalah murid dari syekh Sary al Saqathy dan syekh al Hasan al Masuhy. Syekh Abu Hamzah al Bazzar adalah fuqaha, qaari’ dan sufistik masyhur di Baghdad pada zamannya.Menurut imam al Qusyairy di dalam kitabnya al Risalah al Qusyairiyah, bahwa salah seorang fuqaha yang terkesima dengan ilmu dan pengalaman batinnya, adalah imam Ahmad bin Hanbal.
Syekh Abu Hamzah al Bazzar mengatakan, “Siapapun yang telah mengetahui jalan menuju kepada Allah swt., maka insya Allah, Allah swt akan memudahkan jalan untuk menempuhnya.”Syekh Abu Hamzah al Bazzar mengatakan, “Tidak ada dalil dalam menempuh thariqat kepada Allah swt., kecuali mengikuti Rasulullah saw di dalam setiap kondisi, perbuatan dan ucapan serta adab adab. “Di akhir hayatnya syekh Abu Hamzah al Bazzar mengatakan, “Siapapun yang diberikan limpahan rezeki tiga perkara ini, niscaya ia akan selamat dari bencana.Yaitu, pertama, perut para hamba yang kosong (berpuasa), yang disertai jiwa qana’ah (menerima anugerah Allah swt dengan apa adanya), ditambah suasana hati yang senantiasa bersyukur kepadaNya.
Kedua, rasa dahaga terhadap kefakiran ilmu ma’rifat yang mengabadi disertai dengan kondisi selalu hadirnya zuhud., Ketiga, Kesabaran yang sempurna dan indah(shabran jamil), seperti kesabaran nabi Ya’kob.as. dan nabi Ayyub.as., yang senantiasa diiringi dan diliputi oleh dzikir yang perenialis(lazim,dawam dan mengabadi).
Jika kita membandingkan dengan pandangan syekh Abu Sa’id al Kharraz, apa yang dinyatakan oleh syekh Abu Hamzah al Bazzar, merupakan noumena (makna di sebalik makna), syekh Abu Hamzah al Bazzar, juga mengatakan, bahwa kerinduan al Muqarrabun, terasa lebih sempurna, dari pada kerinduan para hamba yang masih terhijab oleh belenggu hawa nafsu.Para “perindu” mampu merasakan manisnya kematian, karena jiwa “pertemuan” telah terbuka, melebihi manisnya “penyaksian”.Wallahu’alam




