LOGO AZZAWIY Langsa

SINOPSIS

Abu Chik Diglee

image

Haibah Dan Uns

Oleh : Abu Chik Diglee

Haibah dimaknai dari segi bahasa sebagai perpaduan yang berimbang antara rasa takut dan rasa hormat. Sedangkan menurut pemahaman sufistik, haibah adalah rasa takut yang mendalam yang diiringi oleh rasa hormat yang sangat tinggi.

Adapun uns dalam tradisi kaum sufi adalah sukacita yang ada pada jiwa. Keduanya, baik haibah maupun uns merupakan tahapan dari derajat yang ada di dalam al qabdh dan al basth.

Jika Qabadh derajatnya di atas tingkatan khauf, maka basth derajatnya di atas tingkatan raja’. Oleh karenanya derajat haibah lebih tinggi dari derajar qabdh dan uns lebih sempurna derajatnya daripada basth.

Intinya, uns lebih tinggi tahapan dan derajatnya. Karena haibah muncul dari qabdh yang bermula dari khauf. Sedangkan uns muncul dari raja’. Karena para hamba yang takut kepada Allah Swt, melihat berbagai macam kekurangan dirinya di hadapan Allah Swt, hatinya menjadi tidak nyaman karenanya, sehingga muncullah haibah.

Dari realitas kondisi batin yang seperti ini, siapapun dari hamba Allah yang wushulnya terus menerus, maka hatinya akan lapang dan mendapatkan uns.

Haibah dan Uns, keduanya memiliki hak dan hak dari keduanya berbeda beda. Hak haibah adalah keghaiban. Pelaku haibah akan senantiasa lebur dalam keghaiban.

Para hamba Allah yang berada dalam ghaib, frekuensi dan dimensinya sangat berbeda dalam haibah tersebut.

Sedangkan Uns memiliki hak pencerahan dalam kebenaran. Orang yang memiliki derajat uns, selalu berada dalam suasana kejiwaan yang tercerahkan. Dalam hal seperti ini, sukacita uns tidak akan bisa dihilangkan oleh kehebatan dukacita apapun.

Hamba Allah yang berada pada derajat Uns, tidak lagi merasakan penderitaan sebesar apapun penderitaan itu, karena ia terkubur oleh derita dalam balutan bahagia dan sukacita .

Baca juga :   Al Harits Al Muhasiby

Menurut Imam al Qusyary, kondisi haibah dan uns, meskipun masing masing tampak jelas perbedaannya bagi para sufistik, tetapi tetap dikatagorikan masih kurang, karena keduanya mengandung perubahan pada diri seorang hamba.

Adapun yang tidak berubah adalah ahlu tamkin, mereka lebur dalam wujud nyata. Dan pada saat itu suasananya menjadi tidak ada lagi haibah, tidak ada pula uns dan tiada juga ilmu serta rasa.
Wallahu’alam

0
SHARES
1.3k
VIEWS

Comments 3

  1. 26842 581652An fascinating discussion may possibly be valued at comment. I do believe that you basically write read far more about this topic, it might not often be a taboo topic but normally persons are too few to dicuss on such topics. To a higher. Cheers 825176

  2. 625405 864407This design is incredible! You obviously know how to keep a reader amused. Between your wit and your videos, I was almost moved to start my own blog (well, almost…HaHa!) Wonderful job. I really enjoyed what you had to say, and more than that, how you presented it. Too cool! 69751

  3. 986258 412215Yours is really a prime example of informative writing. I believe my students could learn a whole lot from your writing style and your content material. I may share this write-up with them. 796627

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Sinopsis Abu Chik Diglee

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Politik itu

Related Posts

Post Terbaru