AHMAD BIN KHADHRAWAIH adalah sufistik masyhur dari wilayah Balkh, Balkh adalah salah satu provinsi dari tiga puluh empat provinsi yang ada di Afghanistan.
Balkh terletak di bahagian Utara Afghanistan, yang ibukotanya adalah Mazar e Shariif. masyarakat di Balkh, biasa menggunakan tiga bahasa pokok di dalam mereka berkomunikasi, yaitu bahasa Pashto, Persia, dan Uzbek.
Nama lengkap syekh Ahmad bin Khadhrawaih adalah Abu Hamid Ahmad bin Khadhrawaih al Balkhy.Syekh Ahmad Bin Khadhrawaih wafat pada tahun 240 Hijriah, bertepatan dengan tahun 854 Miladiah.Menurut kalangan sufistik pada masanya, syekh Ahmad bin Khadhrawaih,sangat populer dengan kondisi futuwwahnya.
Futuwwah adalah sebuah istilah di dalam kehidupan para sufistik yang dipopulerkan oleh syekh Ja’far bin Iyadh bin Muhammad bin Fudhail. Adapun arti sederhana dari futuwwah adalah “hamba yang berperilaku terpuji.” Atau sebahagian dari sufistik menyebutkan bahwa futuwwah itu adalah “Tidak melihat kelebihan pada diri, dan tidak merasa memiliki hak atas hamba yang lain. ” Hal itulah yang membuat syekh Abu Yazid al Bisthamy, mengatakan bahwa syekh Ahmad Bin Khadhrawaih adalah “guru kami.” ketika syekh Ahmad bin Khadhrawaih bersilaturahmi kepadanya.
Syekh Ahmad bin Khadhrawaih lama belajar kepada syekh Abu Turab al Nakhsyaby dan juga bersahabat dekat dengan syekh Abu Hafs, pada saat mereka berdua berada di Naisabur.
Syekh Abu Hafs mengatakan “aku belum pernah melihat seseorang yang lebih besar hasratnya, dan lebih benar kondisi ruhaninya, dibandingkan syekh Ahmad bin Khadhrawaih.”Syekh Ahmad bin Khadhrawaih mengatakan, “Tiada tidur yang lebih berat ketimbang kealpaan di dalam menjalani kehidupan, dan tiada belenggu yang memperbudak ketimbang hawa nafsu syahwat. Bila saja muatan berat kealpaan pada dirimu tidak ada, tentulah engkau tidak terbuai oleh syahwatmu.”
Menurut kesaksian syekh Muhammad bin Hamid, ketika melihat syekh Ahmad bin Khadhrawaih dalam kondisi naza’ (sakaratul maut), di dalam usianya yang ke sembilan puluh lima tahun, ia mengatakan,”Wahai anak anak dan murid muridku, hari ini sebuah pintu yang aku telah menempuhnya selama sembilan puluh lima tahun telah terbuka bagiku, sedangkan aku belum lagi tahu, apakah akan bahagia atau celaka, karena pertanggungjawaban dunia, di negeri yang abadi itu, terasa begitu berat.Berhati hatilah kalian dengan berbagai tipu daya keindahan dan kesenangan duniawiah.”
Semoga para hamba yang berpemandangan, dapat mengambil ibrah, dari sekelumit goresan sisa waktu kehidupan yang masih dimilikinya. Wallahu’alam.




