Syekh Ahmad Ibn ‘Athaa’illah di dalam kitabnya Al Hikam, halaman 57 menjelaskan, “Al Anwaaru Muthaayaal Quluubi Wal Asraari.”Artinya, “Cahaya iman, keyakinan dan dzikir itu, semuanya sebagai kenderaan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat Allah swt dan menerima segala rahasia dariNya.”
Selanjutnya Syekh Ahmad Ibn ‘Athaa’illah menjelaskan, “Bahwa cahaya itu bagaikan tentara yang membantu hati yang bersih, sebagaimana halnya gelap sebagai tentara yang membantu hawa nafsu jahat.Jika Allah swt akan membantu hambaNya yang baik, dibantu dengan tentara nur Ilahi dan dihadang bantuan terhadap tentara kegelapan dan kepalsuan.” Cahaya petunjuk datang dari Allah swt atas usaha dari masing masing hamba. Allah swt berfirman, “Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dia yang mendapatkan petunjuk.Dan siapa yang yang disesatkan oleh Allah, maka mereka adalah orang orang yang rugi (al ‘Araf, ayat 178).
Kewenangan berkaitan dengan cahaya petunjuk, mutlak berada pada Allah swt. Di dalam al Qur’an surat al Baqarah, ayat 172, Allah swt berfirman, “Bukan kewajibanmu menjadikan mereka mendapatkan petunjuk, tetapi Allah swt yang memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Di dalam surat Al Qashsash, ayat 56, Allah swt berfirman, “Sesungguhnya engkau (nabi Muhammad saw) tidak dapat memberikan cahaya petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah swt memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki. Dan Allah lebih mengetahui siapa yang akan diberikan petunjuk.” Allah swt menyesatkan siapa yang dikehendaki dan memberikan cahaya petunjuk kepada siapa yang dikehendaki(Surat Fathir, ayat 8).
Para hamba Allah yang tidak mendapatkan cahaya petunjuk dariNya, akan menjalani realitas kehidupan yang gelap dan sesat. Akibat ketiadaan cahaya petunjuk dari Allah swt pada seorang hamba, maka hamba tersebut akan mengalami pola kehidupan seperti yang digambarkan di dalam surat al ‘Araf, ayat 179 berikut ini, “Sungguh sungguh kebanyakan dari penghuni neraka Jahanam itu adalah dari bangsa Jin dan Manusia.
Bagi mereka diberikan hati tetapi tidak dipergunakan, diberikan mata tetapi tidak melihat, diberikan telinga tetapi tidak mendengar, mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat dari hewan ternak, merekalah orang orang yang lalai.”
Para hamba Allah yang tidak mendapatkan cahaya petunjuk, mengabaikan fungsi hati, mata, dan telinganya, kualitas kehidupan mereka lebih sesat dari hewan ternak.
Akibatnya kondisi hidupnya menjadi hampa dari nilai nilai humanistik yang sesungguhnya.Bagi para hamba yang telah mendapatkan anugrah cahaya petunjuk dari Allah swt., hendaknya benar benar mensyukurinya.Karena masih banyak para hamba yang merindukan cahaya petunjuk, namun belum memperolehnya.
Dan tidak sedikit pula para hamba yang kemudian menyia-nyiakan cahaya petunjuk yang telah Allah anugrahkan kepadanya. Semoga kita menjadi hamba yang bersyukur dan sekaligus dapat menjaga cahaya petunjuk yang telah Allah swt anugrahkan kepada kita. Wallahu’alam.




