Dzauq, Syurb Dan Irtiwa’

Ada beberapa terminologi yang yang cukup populer di tengah-tengah kehidupan para sufistik, diantaranya adalah dzauq, syurb, dan irtiwa’.

Dzauq bagi seorang sufistik baru dapat diperoleh setelah berbagai aktifitas muamalat dilakukan dengan kejernihan batin. Dalam hal ini batin terbebas dari serpihan debu kejahatan dan keburukan. Dalam tahapan tahapan yang dilampaui menuju dzauq tersebut, sufistik menjadi dahaga, lalu meneguk nikmatnya kesegaran air ruhani yang menentramkan batin.

Meneguk nikmatnya kesegaran air ruhani yang menentramkan batin, itulah yang dimaksud syurb. Sementara itu, keabadian hubungan untuk tetap terjaganya nikmat kesegaran air ruhani yang diteguk, itulah yang dimaksud irtiwa’.

Sufistik yang memiliki derajat dzauq akan menampakkan sukr-nya.Sukr adalah mabuk ketenteraman batin karena meneguk nikmatnya air ruhani.

Barangsiapa yang bersih sirr-nya, maka air minum ruhaninya tidak akan keruh. Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Yahya bin Mu’adz kepada Abu Yazid al Bisthamy, ia mengatakan, di sana, hamba yang meminum air gelas kecintaan, tiada lagi usai dahaganya. Lalu Abu Yazid membalas isi surat itu, aku heran atas kelemahan dirimu di sana. Karena siapa yang merasa di samudera raya, ia akan hilang keberuntungannya.

Artinya syurb hanyalah derajat dari sebuah tahapan ruhani, yang tidak mampu menghilangkan dahaga secara permanen.karena hamba yang berada pada derajat syurb akan menapaki perjalanan berikutnya.

Imam al Qusyairy mengatakan, ingatlah, bahwa piala – piala taqarrub tampak dari keghaiban, dan hamba tidak bisa mengelilinginya, kecuali dengan rahasia – rahasia yang telah membebaskan hamba dari segala belenggu dosa dan kotornya jiwa. Wallahu’alam