Futuwwah

Futuwwah secara sederhana dapat diartikan dengan tidak membedakan eksistensi berdasarkan kelas dan sekat sosial, yang tercipta dalam pola kehidupan komunal.

Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya tentang apa itu futuwwah, maka beliau menjawab, futuwwah adalah meninggalkan apa yang hamba inginkan demi apa yang hamba berkhasyah kepada-Nya.

Imam al Qusyairy menyebutkan bahwa futuwwah itu tidak membedakan duduk makan bersama wali atau awam. Al Junayd al Baghdadi mengatakan futuwwah itu adalah menahan diri dari menyakiti hati orang lain dan menawarkan kemurahan hati kepada orang lain.

Futuwwah adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh para hamba tanpa hamba melihat dirinya dalam perbuatan baik itu. Futuwwah adalah tidak menumpuk-numpuk harta kekayaan dan juga tidak mencari cari alasan jika diminta.

Futuwwah artinya menampakkan ni’mat dan menyembunyikan cobaan.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Thabrani dari Abu Hurairah dan Zaid bin Tsabit, Rasulullah saw bersabda:”Allah Swt memberikan perhatian pada kebutuhan seorang hamba, sepanjang hamba tersebut memperhatikan kebutuhan saudaranya yang Muslim.”

Di dalam surat al Kahfi ayat 13, Allah Swt berfirman tentang ashabul kahfi, “Sesungguhnya mereka itu adalah Para pemuda Yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”

Menurut Syekh Abu Ali al Daqqaq, futuwwah pada prinsipnya adalah kepedulian secara terus menerus yang dilakukan seorang hamba kepada orang lain.Menurut beliau tidak ada kesempurnaan sifat futuwwah kecuali hanya ada pada diri Rasulullah Saw saja. Karena pada hari berbangkit, semua orang akan mengatakan nafsi.. Nafsi.. (aku hanya mengurus nasibku…aku hanya mengurus nasibku..), sedangkan Rasulullah Saw akan mengatakan, ummati…ummati.. (ummatku… ummatku…).

Syekh al Fudhail menegaskan bahwa futuwwah berarti memaafkan kesalahan sesama hamba dan menempuh hidup nirdendam. Futuwwah juga adalah sifat tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.

Syekh Muhammad bin Ali al Tirmdzy menjelaskan bahwa futuwwah berarti hamba adalah musuh bagi keburukannya sendiri demi Rabb-Nya.Para hamba pemilik futuwwah tidak akan memusuhi siapapun kecuali hanya memusuhi semua prilaku buruk yang berpotensi muncul dari dirinya.

Syekh al Nashr Abadzy, mengatakan bahwa muru’ah (harga diri), merupakan bahagian dari futuwwah. Bagi para hamba yang terikat dengan futuwwah, hal hal yang langgeng(berlangsung lama) dan yang hal hal yang segera musnah, sama saja bagi dirinya.
Wallahu’alam