Ikhlas

Ikhlas secara sederhana dapat dimaknai dengan pure(murni) atau Genuine(asli). Imam al Qusyairy dan imam al Ghazali memaknai ikhlas dengan menyucikan setiap amal perbuatan dari campur tangan makhluk.

Imam al Qazwini, meriwayatkan hadits dari sahabat Khudzaifah bin Yaman, bahwa di dalam hadits, Nabi Saw menyebutkan, aku bertanya kepada Jibril a.s tentang ikhlas, apakah sebenarnya ikhlas itu? Lalu Jibril a.s berkata, aku bertanya kepada Allah Yang Maha Suci tentang ikhlas, Allah swt menjawab, suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba hamba-Ku yang Aku cintai.

Melalui hadits ini terlihat jelas bahwa ikhlas itu rahasia Allah Swt, dan Allah Swt yang menganugrahkan-nya kepada para hamba. Oleh karenanya untuk dapat bersikap ikhlas, seorang hamba harus berikhtiar, diantaranya dengan bertaqarrub kepada Allah Swt.

Syekh Abu Ali al Daqqaq mengatakan bahwa ikhlas adalah menjaga diri dari campur tangan makhluk dan sifat shidiq berarti membersihkan diri dari kesadaran akan diri sendiri.Hamba yang ikhlas tidak akan bersikap riya’ dan hamba yang jujur tidaklah ta’ajub pada diri sendiri.

Al Fudhail bin Iyadh mengatakan, menghentikan amal baik karena manusia adalah riya’, dan melaksanakannya karena manusia adalah syirik. Itu artinya, ikhlas berarti Allah Swt menyembuhkan-mu dari dua penyakit itu, yaitu riya’ dan syirik.

Syekh Abu Utsman mengatakan, keikhlasan adalah melupakan pandangan makhluk melalui perhatian yang terus menerus kepada Khalik.

Imam Ahmad dan imam Ibnu Hiban meriwayatkan hadits dari Abu Bakar as Shidiq, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Belenggu tidak akan masuk ke dalam qalbu seorang muslim jika ia menetapi tiga hal, yaitu; ikhlas beramal hanya bagi Allah Swt, memberikan nasihat yang tulus kepada penguasa, dan tetap berkumpul dengan masyarakat muslim.

Syekh Al Sary mengatakan, hamba yang menghiasi dirinya dihadapan manusia dengan sesuatu yang bukan miliknya, berarti ia telah tercampak dari penghargaan Allah Swt. Ini artinya, mengharapkan perhatian makhluk sama dengan mencederai dan merusak keikhlasan.
Wallahu’alam