IMAN dalam perspektif sufistik Syekh Abu Abdillah bin Khatif, adalah:” Penetapan qalbu terhadap apa yang telah dijelaskan oleh al Haq mengenai hal hal yang ghaib.” Syekh Sahl bin Abdullah al Tustary menegaskan, bahwa para hamba yang beriman, meyakini dan menyaksikan Allah swt dengan mata batinnya, tanpa pangkal batasan dan kawasan. Syekh Abu Husain al Nury menyebutkan, bahwa “qalbu adalah tempat penyaksian al Haq. Kami tidak pernah melihat qalbu yang lebih rindu kepada-Nya, dibandingkan qalbu Nabi Muhammad saw., lalu Allah swt memuliakannya melalui mi’raj, sebagai pengantar terhadap penglihatan kepada Allah swt yang sesungguhnya nanti di surga pasca yaumul ba’ats(hari berbangkit) kelak di alam akhirat.
Syekh Abul Abbas al Sayyary berkata, anugrah Allah swt kepada para hamba itu ada dua macam, yaitu karamah dan istidraj. Segala hal yang menetap abadi di dalam diri para hamba dalam bentuk kebajikan adalah karamah, dan segala hal buruk yang akan sirna dari diri para hamba adalah istidraj. Oleh karenanya, berimanlah kepada Allah swt., dan berimanlah kepada semua rukun iman yang enam, sebagaimana yang telah diajarkan di dalam Islam. Syukurilah nikmat iman dan nikmat Islam itu, karena tidak semua hamba Allah swt mendapatkan anugrah nikmat iman dan nikmat Islam tersebut. Dengan demikian, in sya Allah, para hamba akan senantiasa berada dalam keselamatan hidup di dunia dan juga keselamatan hidup di alam akhirat kelak. Allahumma Aamiin. Wallahu’alam




