Iradat di dalam bahasa Arab, artinya kehendak.Di dalam nomenklatur sufistik, iradat dimaknai fokus kepada Allah Swt dalam bertaqarrub menuju kesempurnaan tauhid, suatu upaya terpuji dan menjadi tuntutan bagi para hamba.
Dunia sufistik memahami bahwa iradat itu, hakikatnya bukan kehendak para hamba dan tidak ada pilihan atas maksudnya, iradat murni kehendak Allah Swt yang muncul melalui hidayah, taufiq, dan inayah-Nya.
Di dalam Surat al An’aam ayat 52 Allah swt berfirman :” Dan janganlah kamu mengusir orang orang yang menyeru Rabbnya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka mencari ridha-Nya.”
Ayat tersebut di atas menggambarkan kondisi atau keadaan para hamba yang sedang iradat, dimana mereka selalu tekun berdzikir, mengingat Allah Swt dan menyebut asma-Nya rutin setiap pagi dan petang hari.
Menurut imam al Tirmidzi , dari sahabat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Saw bersabda :” Jika Allah Swt menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka dia akan memperkerjakan-
nya, seorang sahabat bertanya, bagaimana Allah Swt mempekerjakannya, wahai Rasulullah saw? Rasulullah saw menjawab, Allah Swt memberinya pertolongan untuk beramal shalih sebelum dia meninggal dunia.”
Imam al Qusyairy mengatakan bahwa hakikat iradat adalah kebangkitan qalbu dalam mencari kebenaran pada Al Haq.
Syekh Abu Ali al Daqqaq mengatakan, iradat adalah keterpesonaan yang pedih dalam qalbu, sengatan qalbu, hasrat yang membara dalam jiwa, gemuruh dalam batin dan kilatan kilatan dalam jiwa.
Syekh al Wasithy, menyampaikan pengalaman batiniahnya, bahwa iradat adalah tahapan pertama bagi seorang saalik (penempuh perjalanan spiritualitas), yang menggugurkan kehendaknya sendiri, karena mematuhi kehendak Allah Swt.
Al Junayd al Baghdadi mengatakan, seorang murid yang tulus tidak membutuhkan ilmu yang terlalu banyak. Perbedaan antara yang berkehendak (murid) dan yang dikehendaki (murad) pada hakekatnya tidaklah ada, karena murid itu sesungguhnya adalah juga murad.
Jika seorang hamba tidak dikehendaki Allah Swt untuk bisa bertaqarrub padanya, maka ia tidak akan menjadi murid, sebab tidak ada yang terjadi tanpa kehendak Allah Swt.Demikian juga sebaliknya bahwa setiap murad adalah murid, karena jika Allah Swt menghendakinya secara khusus, Dia akan menganugrahinya keberhasilan dalam memiliki iradat terhadap-Nya.
Wallahu’alam.




