ITTIBAA’ AL HAWA artinya mengikuti hawa nafsu.Syekh Ahmad ibn ‘Athaa’illah menjelaskan, bahwa diantara tanda tanda ittibaa’ al hawa(mengikuti hawa nafsu) adalah “al musaara’at ila nawaafil khairaat wa takaasuli ‘anil qiyaami bil waajibaat.” Artinya, “bergegas dalam mengerjakan yang sunnat, tetapi bermalas malasan untuk mengerjakan yang wajib.”
Syekh Muhammad bin Abil Warad, salah seorang sufistik terkemuka mengatakan, “Kebinasaan manusia, berkecendrungan terjadi, dikarenakan dua faktor utama, yaitu, pertama, mengerjakan yang sunnat tetapi meninggalkan yang wajib.Kedua, mementingkan bahagian lahir(sum’ah dan pencitraan), merusak dan mengabaikan sisi batin(niat yang baik dan keikhlasan).
Syekh Abu Hasan al Syadzili mengatakan, bahwa Allah swt mengetahui tentang kecendrungan para hamba untuk selalu mengikuti hawa nafsunya, sehingga tidak sedikit para hamba yang hidup di dalam kubangan kemaksiatan dan lembah kehinaan.Oleh karenanya, Allah swt membebani kepada para hamba dengan kewajiban taat kepadanya.Kewajiban taat kepada Allah itu, pada hakekatnya adalah strategi Allah swt untuk mengikat dengan lembut para hambaNya, agar mereka dapat memperoleh keselamatan dunia dan akhirat, serta terlepaskan dari simpul ikatan memperturutkan hawa nafsu.Dengan ketaatan yang utuh para hamba kepada Allah swt., maka mereka akan terlepas dari belenggu memperturutkan hawa nafsunya, dengan demikian, Allah swt., telah membentangkan jalan kemudahan bagi para hamba untuk masuk ke dalam surga milikNya.
Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Jika manisnya hawa nafsu telah meresap dan mengendap sempurna di dalam qalbu, maka hal itu telah menjadi penyakit yang sukar diobati (al daa’u al udhaal).” Syekh Ibnu ‘Athaa’illah menasehati, “La yukhriju al syahwata min al qalbi illa khaufun muz’ijun au syauqun muqliqun.”Artinya, “Tidak dapat mengeluarkan syahwat dari dalam hati, kecuali dengan rasa takut yang menggetarkan (kepada Allah) atau kerinduan yang menggelisahkan (kepada Allah).
Namun meskipun demikian, Rasulullah saw., telah mengingatkan kita, bahwa penyebab utama para hamba menjadi “budak” atas hawa nafsunya sendiri, adalah dikarenakan rasa cintanya kepada hal hal duniawiah yang tidak terkendali.Di dalam hadits riwayat imam Ahmad, Nabi saw dengan bahasa yang lugas bersabda,”Hubbu al dunyaa ra’su kulli khathii’at.” Artinya, “Cinta kepada dunia adalah induk dari segala kesalahan(dosa).” Sadarilah wahai para hamba, bahwa apa yang telah pergi dari bahagian umurmu itu, semua tidak akan dapat dikembalikan.
Adapun yang telah berhasil digapai dalam rentang umur, semuanya tidak ternilai harganya.Jika ingin menyesali diri karena hidup masih dibawah kendali hawa nafsu, maka segeralah bertubat dan berbenah.Karena semua bentuk penyesalan yang terlanjur, tidak lagi menjadi manfaat.
Cermatilah dengan seksama, semua jasad yang terbujur kaku, subtantifnya sedang bercerita tentang kisah yang sama yaitu,
Living the afterlife (Hidup di kehidupan setelah).Nabi saw bersabda, yang artinya, “Jadilah kamu di dunia ini bagaikan orang yang asing, yang sekedar melintas.” Wallahu’alam




