Abu Chik Diglee

image

Kontemplasi Dan Muhasabah

Oleh : Abu Chik Diglee

Kontemplasi secara kebahasaan diartikan dengan renungan, kebulatan pikiran, fokus terhadap pikiran yang diselaraskan dengan realitas yang dihadapi. Dalam terminologi sufistik, kontemplasi menjadi bahagian dari Muhasabah (intropeksi diri), terutama untuk menghitung hitung amal baik dan amal buruk yang telah diperbuat dalam aktivitas kehidupan.

Agar kontemplasi dan muhasabah berjalan dengan lebih efektif dan penuh nuansa penghayatan, biasanya ditempuh jalan yang disebut berkhalwat (menyendiri).Dengan berkhalwat (menyendiri), akan terasa di dalam batin keadaan eksistensi diri yang bersifat creatio ex nihilo, dahulu kita tidak ada, dan kini, hari ini, serta di sini di dunia ini kita ada, maka jika tiba saatnya, kita akan kembali menjadi tidak ada. Karena segala sesuatu yang awalnya tidak ada akan kembali kepada ketiadaan, sebagai pertanda hidup di dunia ini fana (sementara) dan danaa (limit waktunya sangat singkat).

Sayidina Ali Ibn Abi Thalib mengatakan: “Hasibuu qabla ‘an tuhasabuu.”(Hitung hitunglah dirimu sebelum kamu diperhitungkan).
Dalam kontemplasi dan muhasabah, para hamba duduk merenungkan penghambaan dan kewajibannya kepada Allah Swt sebagai al Khaliq
Sang Maha Pencipta. Para hamba merasa begitu dha’if (lemah) dihadapan ke Maha-Kuasaan-Nya. Para hamba duduk bersimpuh hina dalam ketawadhu’an dirinya, seraya memohon taufik, agar Allah Swt menambahkan ketaatan pada dirinya dan sekaligus bermohon agar terhindari dari dosa dan dari segala hal yang dapat membinasakan dirinya, dunia dan akhirat.

Di dalam kontemplasi dan muhasabah, para hamba dapat merasakan bahwa keberhasilan bertaubat menjadi bukti kecintaan Allah Swt kepada para hamba.Oleh karena itu, setiap hamba seharusnya Mengharapkan hadirnya nikmat taubat tersebut. Alangkah malangnya para hamba yang tidak mendapatkan hidayah dan taufik serta inayah taubat, sehingga jalan hidupnya kian hari semakin menjauh dari Raabul’alamin, Allah Swt yang telah memelihara dan menciptakan dirinya.

Syekh Ibn Athaillah penulis kitab al Hikam, mengatakan, tobat yang tulus ibarat sabun yang dapat menghilangkan kotoran yang menempel pada wadah, sehingga ia kembali menjadi bersih cemerlang.Jika hamba beristighfar memohon ampunan dan bertobat dari dosa serta kekhilafan dirinya, niscaya batin akan kembali bersih cemerlang memancarkan cahaya iman yang melimpah.

Dengan Kontemplasi dan muhasabah diharapkan para hamba tergugah untuk mengevaluasi diri, sehingga bergegas menuju kepada ampunan Allah swt serta bertaubat kepada-Nya.Dan ingatlah bahwa ajal tidak pernah menunggu hadirnya taubat dan permohonan ampunan, dan yang paling indah adalah tatkala taubat para hamba menyongsong kehadiran ajalnya.Wallahu’alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Post Terbaru