Abu Chik Diglee

image

Learn From The Crusades

Oleh : Abu Chik Diglee

LEARN FROM THE CRUSADES artinya adalah belajar dari perang salib. Ummat Islam harus cerdas mencermati sejarahnya sendiri, agar banyak hikmah dan evaluasi yang tergali, disebalik apa yang terjadi dari sejarah masa lampau yang kini telah menjadi kenangan itu.The Crusades (perang salib), adalah salah satu penyebab eksternal kehancuran Dinasti Abbasiyah dari masa kejayaannya.

The Crusades, adalah perang besar pertama ummat Islam terhadap ummat Kristen, yang berlangsung sepanjang kurang lebih dua abad lamanya (1096 .M – 1291.M).The Crusades, telah menelan banyak korban jiwa dan harta.Dalam peristiwa The Crusades, ummat Islam berada pada posisi yang tidak diuntungkan, karena ummat Islam dalam posisi sebagai pihak yang diserang.

Di dalam The Crusades, ummat Islam hanya mempertahankan diri dari gempuran pasukan salib Eropa. Perang ini, menurut sejarawan boleh jadi bahagian dari pelampiasan dendam pasukan salib Eropa atas serangan ummat Islam di masa lampau.Terhitung sejak 632 M, ummat Islam telah menaklukkan kota kota penting ummat Kristen, seperti, Syiria, Asia Kecil, Andalusia, dan Sisilia.

Untuk kembali menguasai kota kota penting yang dipandang suci itu, Paus Urbanus II mengkampanyekan perang suci (the holy war), yang melibatkan kerajaan kerajaan di Eropa, seperti Prancis, Jerman, Inggris, sampai imperium Romawi.Di sisi yang lain, dari pihak Islam yang terlibat dalam the Crusades adalah Turki, Syiria, Arab, dan Mesir.

Di dalam the Crusades, ummat Islam tidak sesolid pasukan salib Eropa yang satu komando.Ummat Islam dalam kondisi retak dan terpecah, serta tercabik dalam serpihan  komando. Semua itu terjadi karena ummat Islam secara internal, pada masa itu menyimpan permusuhan sesama mereka.

Permusuhan internal itu terjadi, antara Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad dengan Dinasti Fathimiyah yang ada di Mesir, dan Dinasti Umayah II yang ada di Cardoba, serta Dinasti Seljuk yang ada di Turki.

The Crusades bermula dengan penaklukkan Dinasti Seljuk terhadap kekaisaran Romawi di Manzikert pada tahun 1071.M. Kaisar Romawi Lexios I Komnenos(1081 M -1118 M), meminta bantuan kepada Paus Urbanus II (1088 -1099 M) untuk membalas kekalahanya dari pasukan Islam. Di sebalik itu, Paus Urbanus II juga memiliki kepentingan politik lain, yaitu merebut Baitul Maqdis yang sedang di bawah kekuasaan Dinasti Seljuk.Serangan pertama pasukan salib dimulai ketika kota Acra, benteng Kristen terakhir di Palestina, kembali diduduki tentara Turki.

Menurut analis sejarah, the Crusades tidak sepenuhnya dapat dikatakan  perang suci, karena ada kepentingan ekonomi, politik, dan ambisi pribadi disebalik itu. Dinasti Islam pada masa tersebut, menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah, dampaknya para pedagang Kristen Eropa merasa terganggu dalam pengamanan bisnisnya. Mereka mendesak kaum Muslim dari arah laut. Para pedagang Kristen di pantai timur Laut Tengah, seperti Venezia, Genoa, dan Piza, sangat berambisi untuk menguasai kota dagang disepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah, yang selama ini dikuasai ummat Islam.

Atas alasan itu, mereka siap patungan menanggung biaya perang. Dengan realitas tersebut, dapat dipahami, bahwa sering terjadi, kesucian agama ditumpangi oleh kepentingan politik, ekonomi, dan ambisi pribadi yang terbungkus secara elegan. Di antaranya seperti yang terjadi pada peristiwa perang salib tersebut.

Di sisi lain, tidak solidnya ummat Islam,  masih menjadi bahagiaan yang meninggalkan kenestapaan sampai hari ini.Itulah diantara makna learn from the crusades yang pantas untuk dijadikan perenungan.Karena menurut almarhum Kuntowijoyo, sejarawan dan budayawan dari Universitas Gajah Mada, sejarah itu merupakan fakta diakronis (berhubungan dengan waktu), ideografis (bercerita tentang sesuatu), unik(berbeda satu sama lain), dan empirik (berdasarkan apa yang pernah dialami oleh manusia).Wallahu’alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Post Terbaru