Abu Chik Diglee

image

Makhaafatullah

Oleh : Abu Chik Diglee

MAKHAAFATULLAH artinya adalah takut kepada Allah.Makhaafatullah merupakan pokok dari segala hikmat (kebijaksanaan). Oleh karenanya, yang paling takut kepada Allah swt menurut konsepsi al Qur’an adalah ulama.Karena setiap kalimat yang keluar dari lisan para hamba berilmu, pemilik kearifan, adalah cerminan dari isi hati yang terbimbing.

Hati, pikiran dan perasaan para hamba yang dilimpahi ilmu dan kearifan, akan mengikuti penjelasan al Qur’an, dengan demikian, hamba Allah yang makhaafatullah, akan menjadi seperti lebah yang selalu menghasilkan “madu” bagi ummat manusia.Bahkan “sengatan” lebah, sekalipun sakit, jika menyengat pada bahagian yang tepat, akan menjadi obat.

Di dalam surat Ibrahim (14), ayat 52, Allah swt berfirman yang artinya, “Al Qur’an ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan denganNya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang orang yang berakal mengambil pelajaran.”

Para hamba harus terus berada pada titik kesadaran, bahwa makhaafatullah, terbentuk di dalam diri para hamba yang berilmu dan berkearifan, dikarenakan ketakwaan yang meliputi dirinya.Dan Rasulullah saw menjelaskan bahwa ketakwaan itu kendalinya terletak di dalam batin. Sehingga Allah swt., tidak melihat kepada ajsam (tubuh tubuh)manusia, tidak juga melihat kepada rupa manusia, tetapi yang dilihat oleh Allah swt adalah hati yang ada pada batin manusia (Hadits Riwayat Al Bukhari dan Muslim).Di dalam surat al Balad(90),ayat 10, Sejak para hamba dilahirkan, Allah swt telah menunjukkan dua jalan (Wa Hadainaahu al Najdain), tentunya jalan itu adalah jalan kebaikan dan jalan keburukan.Namun setiap orang akan bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya (al Mudatstsir (74),ayat 38).

Allah swt tidak pernah memaksakan para hamba untuk Makhaafatullah kepadaNya.Di dalam surat al Kahfi (18), ayat 29, disebutkan yang artinya, “Dan katakanlah, Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah dia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah dia kafir.”

Jika para hamba tidak makhaafatullah, maka Allah swt tidak merasa dirugikan.Dipersilahkan bagi para hamba untuk berbuat apa saja sesuai pilihan dan keinginannya, tetapi ketahuilah, bahwa kehidupan ini tidak abadi, dan nantinya harus bertanggung jawab dalam kehidupan akhirat.

Di dalam hadits riwayat imam Muslim, dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Qad aflaha man aslama wa ruziqa kafaafan wa qana’ullahu bima ataahu.” Artinya, “Beruntunglah orang orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rezeki yang sekedar mencukupi, dan diberi kepuasan oleh Allah swt terhadap apa yang diberikan kepadanya.”

Akhirnya, kita akan menyadari bahwa para hamba makhaafatullah itu, jumlahnya tidak pernah banyak, karena Allah swt.,telah berfirman, yang artinya, “Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lalai dari tanda tanda kemahakuasaan Kami.”(Yunus(10), ayat 92).

Marilah kita merenung sejenak, untuk kemudian berusaha menjadi para hamba makhaafatullah, dengan catatan dalam bentuk bingkai kesadaran, “To look beyond the glory is the hardest part.” Artinya, “Melihat masa depan sebagai sebuah kejayaan, adalah bahagian yang berat.” Wallahu’alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Post Terbaru