LOGO AZZAWIY Langsa

Menjadi Kuli Tinta

Mungkin bertanya, kenapa judulnya ” Menjadi Kuli Tinta”, wajar jika ada yang bertanya dan berfikir, apa maksudnya menjadi kuli tinta.

Tentu saja aneh kedengaran, apalagi pertama kali mendengar ucapan seperti ini. Penuh tanda tanya, big question?

Frasa “kuli tinta”, dulu dimaksudkan untuk menyebut profesi seorang jurnalis (pers/wartawan).

Wartawan suatu pekerjaan yang bergelut dengan tinta, maka ilustrasinya begitu.

Pekerja tanpa kenal lelah menggali informasi dan mengabarkan. Every day, kerjaannya hanya menulis dan mengabarkan.

Jurnalis disebut “kuli tinta”, hanya ilustrasi dan deskripsi keuletan, kegigihan dalam mencari informasi yang akan dikabarkan untuk publik.

Profesi jurnalis indentik peneliti, bedanya jurnalis tidak ambil konklusi serta rekomendasi dari hasil searching data dan keterangan lainnya.

Profesi jurnalis penuh resiko, oleh sebab itu menjadi wartawan mesti punya skills yang cukup, bukan hanya sekedar kantongi “kartu pers”.

Mendapatkan “kartu pers”, lumayan gampang, apalagi di era digital dengan media online yang menjamur.

Jurnalis, sesungguhnya makhluk pintar, smart dan miliki banyak pengetahuan (knowledge).

Kenapa begitu, karena ia harus mengerti event (peristiwa). Ia harus kuasai informasi. Apabila sedikit pengetahuannya, maka akan menyulitkan tugasnya menemui sumber berita.

Teks wawacara / transkrip wawancara harus disusun rapi, dan question-nya tidak bias kemana – mana, harus tepat pada isu yang akan ia gali dan tulis.

Menyusun teks wawancara/transkrip wawancara bukan pekerjaan gampang, butuh sejumlah pengetahuan mengenai objek berita. Begitu juga halnya ketika membuat report, ada format penulisan.

Nah, bayangkan jika jurnalis tidak punya pengetahuan, ia akan sukar mendapat informasi dan menyusun report.

Era revolusi industri 4.0, dengan internet of things, maka istilah “kuli tinta” bergeser menjadi “kuli gadget atau mobile phone”. Dulu, pen (pulpen) instrumen penting profesi jurnalis (wartawan), maka disebut “kuli tinta”.

Baca juga :   Buku Fiksi

Dulu, fasilitas jurnalis, pen (pulpen), buku kecil, kamera, dan recorder.

Fasilitas ini bagian terpenting tugas jurnalis untuk hunting informasi dan peristiwa penting lainnya.

Memasuki era digital, deskripsi jurnalis sebagai “kuli tinta” masih diucapkan, istilah itu sangat klasik. Karena, memang begitu hakikat awalnya bergelut dengan tinta.

Pagi tadi, saya berkesempatan ngopi bareng dengan wartawan yang katagori senior dalam dunia kuli tinta, namanya Teuku Safrizal, SE.

Profesinya saat ini tidak layak disebut “kuli tinta” lagi, namun “kuli gadget atau handphone”. Personality-nya ramah, dan murah senyum.

Sukses terus untuk Teuku Safrizal, amin.

Related Posts

Comments 2

  1. 885239 722506You got a really excellent internet site, Gladiola I discovered it by way of yahoo. 359273

  2. 킹스포커 says:

    176099 236725Your post is truly informative. Far more than that, it??s engaging, compelling and well-written. I would desire to see even much more of these types of excellent writing. 452477

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Politik itu

Related Posts

Post Terbaru