Nafsu

Nafsu adalah kosa kata Arab yang terserap menjadi bahagian dari kosa kata bahasa Indonesia. Nafsu arti kebahasaannya adalah wujud atau jatidiri, bahasa kerennya eksistensi.

Jika disebutkan nafsu al syai’ itu artinya adalah wujud sesuatu atau jati diri sesuatu atau eksistensi (keberadaan) sesuatu. Ada perbedaan makna yang jauh, antara arti nafsu secara etimologi dengan arti nafsu di dalam terminologi perspektif sufistik.

Di dalam sudut pandang sufistik, nafsu adalah sesuatu yang tercela dalam sifat sifat hamba, akhlaq dan perbuatannya.

Perilaku tercela dari sifat sifat hamba di dalam kehidupan sufistik dibagi menjadi dua bahagian. Pertama, bersumber dari hamba, seperti perbuatan maksiat dan pengingkaran terhadap perintah dan atau larangan. Kedua, budi pekertinya yang buruk dalam dirinya yang tercela. Terapi pengobatan yang harus diterapkan adalah, hamba harus berjuang melawan kehinaan perilaku tersebut yang telah menjadi kebiasaan sehari hari. Yang tergolong kepada akhlaq tercela itu seperti, marah, takabur, dengki, dendam, sum’ah, ujub, ria. dan lainnya.

Di dalam kehidupan sufistik, termasuk hukum hukum nafsu yang wajib diatati adalah menjauhi sejauh jauhnya semua hal yang dilarang atau yang dinyatakan haram oleh syar’i.

Hukum nafsu yang paling buruk adalah berupa khayalan bahwa suatu perbuatan yang muncul dari nafsu dianggap baik. Atau anggapan perbuatan nafsu yang buruk adalah bahagian dari takdir.

Perbuatan nafsu yang buruk seperti itu, tergolong syirik khafi atau syirik yang tersamar.Yang perlu dipahami oleh para hamba adalah, bahwa nafsu itu sendiri merupakan nuansa yang lembut yang ada di dalam batin sebagai tempat bersemayamnya akhlaq madzmumah (tercela).

Kebalikan dari ruh, yang merupakan nuansa lembut di dalam batin, sebagai tempat bersemayamnya akhlaq yang mahmudah (terpuji). Dalam ilustrasi yang umum, masing masing akhlaq tersebut berusaha untuk saling menundukkan satu sama lain.

Eksistensi nafsu dan ruh, tergolong wadaq lembut dalam rupa, sebagaimana perbandingan antara eksistensi Malaikat dan Syaithan. Wallahu’alam