Abu Chik Diglee

image

Ra Bakhsya Khadiyu

Oleh : Abu Chik Diglee

RA BAKHSYA KHADIYU adalah penggalan kalimat yang terukir sebagai sebuah inskripsi di makam malikah Nahrasyiyah binti sultan Zainal ‘Abidin bin Ahmad bin Muhammad bin al Malik al Shalih yang wafat pada hari Senin, tanggal 17 bulan Dzulhijjah, tahun 831 Hijriah bertepatan dengan tahun 1428 Miladiah.Ra Bakhsya Khadiyu artinya adalah “sang penguasa berhati pemurah.”

Pada monumen makamnya, yang terbuat dari batu pualam kuning gading itu, juga terukir dengan apik inskripsi ayat ayat dari surat Yasin secara utuh. Terukirnya ayat ayat dari surat Yasin atau surat ke 36 dari al Qur’an pada makam itu, seakan bercerita tentang nama lain dari surat Yasin, yaitu al Mu’immah yang berarti “pencakup atau penghimpun.”

Barangkali hamba pengukir inskripsi tersebut, ingin meninggalkan pesan kepada generasi yang datang terkemudian, bahwa malikah Nahrasyiyah adalah seorang sultanah yang telah memerintah wilayah kerajaan Islam Samudra Pasai, dengan penuh keadilan, mencakup keseimbangan duniawiah dan ukrawiah.

Ukiran ayat ayat dari surat Yasin pada makam bersejarah di Aceh, juga dapat ditemukan pada makam sultan ‘Alauddin ‘Inayat Syah, seorang sultan di era kekuasaan kerajaan Aceh Darussalam, yang berada di Banda Aceh.

Malikah Nahrasyiyah, biasa juga disebut dengan “al malikah al mu’adzamah” yang artinya adalah “ratu yang dipertuan agung.” Berdasarkan data sejarah ini, dapat dipahami, bahwa Aceh dengan syari’at Islam yang diamalkannya, sejak zaman permulaan sejarahnya, tidak membuat seorang perempuan menjadi tabu dalam pemimpin atau mengendalikan pemerintahan, sepanjang mampu dan terampil dalam memimpin. Artinya, sejak awal, kerajaan Islam Samudra Pasai, telah berorientasi kepada keahlian dan kepiawaian seseorang di dalam memimpin pemerintahan, terlepas apakah dia laki laki atau perempuan.

Jalan panjang keberuntungan Nahrasyiyah menjadi malikah kerajaan Islam Samudra Pasai, ditopang oleh keadaan perluasan kekuasaan ke Melaka, yang mengantarkan saudara laki lakinya Manshur menjadi malik atau raja di Melaka, sehingga Nahrasyiyah akhirnya dinobatkan menjadi malikah kerajaan Samudra Pasai.

Semoga Aceh di era kekiniannya, mampu melahirkan banyak generasi baru seperti malikah Nahrasyiyah. Aamiin. Wallahu’alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Post Terbaru