Abu Chik Diglee

image

Taariikh Raatib Al Haddaad

Oleh : Abu Chik Diglee

Taariikh berasal dari bahasa Arab, secara sederhana artinya adalah sejarah. Sedangkan Raatib al Haddaad adalah kumpulan dzikir dzikir dan do’a do’a serta ayat ayat al Qur’an, yang disusun oleh al Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al Haddaad(1055-1132.H). Raatib atau Hizib al Haddaad, disusun pada malam 27 Ramadhan tahun 1071 Hijriah.

Penyusunan Raatib al Haddaad, didasarkan atas permintaan seorang murid beliau yang bernama Amir, yang berasal dari keluarga Bani Sa’ad yang tinggal di Syibam, salah satu perkampungan di wilayah Hadramaut-Yaman-Arab Selatan.

Dalam rangka menjaga orang orang Ahlu Sunnah Waljama’ah dari pengaruh dan gangguan Syi’ah Zaidiyyah. Setiap ayat, do’a, dan dzikir serta Asma Allah swt yang disebutkan di dalam Raatib al Haddaad, diambil dari dalam kitab suci al Qur’an dan Hadits Rasulullah saw.

Di Indonesia ada beberapa ulama Mujiz (pemberi ijazah) dari Raatib al Haddaad. Di antaranya adalah, Habib Ali bin Husein al Haddaad-Surabaya, generasi ke tujuh dari shahiburratib. Habib Ahmad bin Husein Aidid-Hadramaut-Yaman-Arab Selatan.

Habib Muhammad al Jufri-Jombang-Jawa Timur. Habib Muhammad al Seggaf-Solo-Jawa Tengah. Habib Alwi al Haddaad-Peterongan-Jombang-Jawa Timur, asli Hadramaut yang wafat dalam usia lebih dari sembilan puluh tahun.

Kiai Ahmad Muntaha, pengasuh Pondok Pesantren Gedongan-Nganjuk-Jawa Timur. Habib Bahauddin bin Ali bin Hasyim bin Yahya-Pekalongan-Jawa Tengah. Dari nama yang terakhir inilah penulis, yaitu Abu Chik Diglee (Tgk.Dr.H.Zulkarnain,MA), menerima Ijazah ‘Aam Raatib atau Hizib al Haddaad, pada pada hari Selasa, tanggal 16 Dzulqa’dah 1423.H., bertepatan dengan tanggal 18 Februari tahun 2003 Miladiah.

Abu Chik Diglee (Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA), adalah generasi ke sembilan yang mendapatkan Ijazah Raatib al Haddaad dan meneruskan pengamalan Raatib al Haddaad di lembaga yang dipimpinnya, yaitu MASHRAH LAMPOH IRENG, yang berkedudukan di Gampong Sukajadi Kebun Ireng, Kec. Langsa Lama – Kota Langsa – provinsi Aceh.

Ulama lainnya di masa lampau , yang memiliki ijazah raatib al Haddaad di Aceh, adalah Abu Hasan Kreungkalee dan Abu Pucuk Alue Simpang Ulim – Aceh Timur. Selanjutnya, Syekh Abdullah bin Ahmad Basudan al Kindi, di dalam kitabnya, Dzakirah al ma’ad bi syarhi Raatib al Haddaad, halaman 45, menjelaskan bahwa: ” Wa amma haqiiqatu al hizbi wa al wiridi wa al raatibi fahua al ma’muulu bihi ta’abbudan wa nahwahu. Artinya, Adapun hakikat hidzib, wirid, dan raatib adalah sesuatu yang diamalkan dengan tujuan beribadah menghambakan diri kepada Allah swt., dan hal hal semacamnya, seperti berbagai upaya untuk bertaqarrub kepada Allah swt., sebagaimana yang ditauladankan oleh Nabi Muhammad saw di dalam kehidupannya. Wallahu’alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Post Terbaru