Waktu

Waktu, dalam perspektif sufistik adalah suatu peristiwa yang esensinya terbayangkan, dimana hasilnya dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi. Karena pada hakekatnya semua peristiwa yang terjadi adalah waktu bagi peristiwa yang dibayangkan. Contoh mudahnya, si polan dijemput awal bulan. Maka menjemput merupakan sesuatu yang terbayangkan, sedangkan awal bulan adalah sesuatu yang nyata, dengan begitu, awal bulan berarti waktu bagi penjemputan.

Waktu adalah sesuatu yang terletak pada tiga keadaan, yaitu lampau, kini dan esok. Waktu adalah sesuatu yang seorang hamba berada di dalamnya.jika hamba di dunia, maka waktunya adalah dunia, dan jika di akhirat, maka waktunya adalah akhirat.

Bagi sufistik, menyibukkan diri terhadap masa lampau, sama dengan menelantarkan masa depan. Orang yang cerdas adalah orang yang konsisten berada dalam aturan waktunya.Jika waktunya itu sadar akan Ilahi (al Shahw), maka ia akan tegak mandiri dalam syari’at. Apabila waktunya sirna dalam Ilahi, maka yang tegak adalah ketentuan hakikat.

Waktu adalah pembubut yang akan menggerus para hamba tanpa melenyapkannya. Karena hamba yang tergerus waktu hari ini, akan dibangkitkan kembali di waktu mendatang untuk bertanggung jawab atas semua perbuatan dalam setiap tarikan nafasnya.

Para hamba wajib waspada dalam kehidupannya agar tidak menjadi santapan waktu, karena Allah swt mengingatkan hamba, sesungguhnya hidup hamba dalam kerugian kecuali bagi orang yang beriman dan beramal shalih, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Semoga para hamba dapat berselancar dengan piawai di atas waktu, dan jikapun terjatuh, masih mampu berenang dengan sukses di dalam lautan waktu. Wallahu’alam