Abu Chik Diglee

image

Mujahadah

Oleh : Abu Chik Diglee

Mujahadah secara kebahasaan memiliki arti berjuang, bersungguh sungguh, dan berperang. Di dalam bahasa Arab ia masuk dalam katagori kata musytarak, artinya satu kosa kata memiliki arti lebih dari satu.

Di dalam ketentuan syari’at, mujahadah dimaknai dengan berperang melawan musuh – musuh Allah. Sedangkan dikalangan sufistik, mujahadah dipahami sebagai memerangi hawa nafsu yang buruk atau hawa nafsu yang jahat.

Terkadang juga dimaknai dengan tidak mengikuti dan tidak tunduk kepada kehendak nafsu yang jahat.

Mujahadah dalam ilmu tasawuf sering diartikan sebagai upaya seorang hamba dalam menahan hawa nafsu dari sesuatu yang dapat menyenangkan hawa nafsu tersebut.

Banyak juga sufistik yang memandang bahwa mujahadah adalah medium dari hamba untuk mendapatkan hidayah sehingga hidupnya senantiasa berada di bawah bayang bayang ridha Allah Swt.

Syekh Abu Ali al Daqqaq r. a. Berkata : “barangsiapa menghiasi lahiriahnya dengan mujahadah, maka Allah Swt akan memperindah rahasia batinnya melalui musyahadah. Siapa yang permulaannya tidak memiliki mujahadah dalam perjalanan spiritualitas yang ditempuhnya, maka ia tidak akan menemui cahaya yang seharusnya memancar dalam dirinya.”

Syekh Abu Utsman Al Maghriby mengatakan bahwa tanpa adanya mujahadah tidak akan tersingkap kesungguhan untuk menapaki kehidupan di atas jalan – Nya. Imam Al Qusayry mengatakan, bahwa prinsip dasar mujahadah adalah mencegah jiwa dari kebiasaan – kebiasaannya dan memaksanya untuk menentang hawa nafsu jahatnya sepanjang waktu.

Dzunun Al Mishry mengatakan berkaitan dengan mujahadah, bahwa kerusakan merasuki diri seorang hamba dikarenakan enam hal. Yaitu; pertama, mereka memiliki niat yang lemah dalam melakukan amal amal untuk kehidupan akhirat.

Kedua, tubuh hamba sering diperbudak oleh nafsunya. Ketiga, mereka tidak henti hentinya mengharapkan perolehan duniawi, bahkan sampai detik – detik menjelang ajalnya. Keempat, mereka lebih suka menyenangkan makhluk daripada menggapai ridha Allah Swt.

Kelima, mereka memperturutkan hawa nafsunya dan mengabaikan jalan hidup seperti yang ditempuh oleh Nabi Saw. Keenam, mereka membela diri, dengan menyebutkan beberapa kesalahan orang lain dan tidak pernah menghargai prestasi para pendahulunya. Wallahu’alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Post Terbaru