PERENIALIS artinya keabadian.Sedangkan ibadah adalah menyembah Allah swt dan juga pengabdian hamba Allah yang beriman kepada Allah swt yang telah menciptakan dirinya. Karena pada hakekatnya Jin dan manusia diciptakan untuk beribadah, menyembah dan mengabdi kepada Allah swt(Surat al Zariyat(51):56.).
Perenialis ibadah yang dimaksudkan di dalam tulisan ini adalah tidak meninggalkan ibadah dan perbuatan baik sampai seorang hamba meninggal dunia. Dan hasil ibadah serta perbuatan baik itu, akan menyertainya di dalam kehidupan akhirat yang abadi. Di dalam surat al Hijr ayat 99, Allah swt berfirman, “Wa’bud rabbaka hatta ya’tiyakal yaqiin.” Artinya, “Dan beribadahlah kepada Rabbmu (Allah swt), sampai datangnya al yaqiin (kematian).”Ayat ini menegaskan bahwa batas akhir dari beribadah itu adalah kematian.Dengan demikian, tidak ada kata “istirahat” dari beribadah kepada Allah swt dan juga tidak ada alasan untuk tidak beramal shalih di dalam kehidupan ini. Karena hasil dari ibadah dan amal shalih itu akan perenialis (mengabadi) sampai kelak dalam kehidupan di alam akhrat.
Nabi saw menjelaskan kepada kita, bahwa amal shalih yang paling disukai oleh Allah Yang Maha Tinggi adalah amal shalih yang dilakukan secara kontinu meskipun kecil atau sedikit (H.R.imam, Ahmad dari Aisyah).
Syekh Abu Bakar Al Syibli sufistik besar kelahiran Samarra-Irak(861.M – 964.M), murid dari Syekh Junayd al Baghdadi, pernah ditanya oleh muridnya tentang mana yang lebih utama beribadah di bulan Rajab atau di bulan Sya’ban ? Al Syibli menjawab, ” jadilah kalian Rabbaniyyun, jangan menjadi Rajabiyyun ataupun Sya’baniyyun.” Artinya syekh al Syibli tidak menghendaki muridnya gemar beribadah hanya pada waktu waktu tertentu saja, tetapi ia menginginkan agar para muridnya beribadah sepanjang waktu dari waktu waktu yang telah Allah swt anugrahkan kepada mereka.
Di dalam surat al Nahl ayat 92, Allah swt mengingatkan, agar kita tidak merusak ibadah dan amal shalih kita sebagaimana perumpamaan seorang perempuan yang telah memintal benangnya dengan kuat lalu dia menguraikannya kembali. Hal yang sama diingatkan oleh Allah swt di dalam surat al Hadid ayat 16, janganlah menjadi seperti ummat di masa yang lampau, seiring dengan lamanya waktu yang beredar akhirnya hati mereka menjadi mengeras (malas beribadah dan lenyap perbuatan baiknya).
Imam Ahmad dan imam al Tirmidzi meriwayatkan hadits dari sayidina Abu Bakar al Shidiq. Abu Bakar mengatakan bahwa seorang laki laki bertanya kepada Nabi saw tentang siapa manusia yang paling baik, maka Nabi saw menjawab, ” orang yang paling baik adalah yang penjang umurnya dan baik amalnya. Adapun manusia yang paling buruk adalah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.”
Imam al Ghazali mengatakan bahwa kunci dari semangat beribadah dan amal shalih itu ada pada empat tempat yaitu pertama, pada kepala jika isi atau pikiran yang ada di dalam kepala itu adalah kebaikan dan profetik.Kedua, pada dada jika isi hati di dalam dada itu adalah iman yang terus tercurahi oleh limpahan cahaya petunjuk Allah swt.Ketiga, pada perut jika perut terjaga dengan pola sepertiga berisi makanan, sepertiga berisi minuman dan sepertiga lagi untuk udara dalam bernafas. Perut yang kekenyangan akan mengakibatkan udara yang masuk ke dalam tubuh menjadi terbatas, sehingga untuk mensuplai oksigin secara merata sampai ke otak menjadi tidak maksimal, lalu muncullah rasa kantuk dan malas yang berpengaruh kepada semangat beribadah serta melemahnya semangat untuk berbuat kebaikan.
Keempar, pada kemaluan, jika syahwat yang muncul dari hasrat kemaluan tidak lagi terkendali, maka dapat mengakibatkan melemahnya semangat beribadah dan berbuat kebaikan. Oleh karenanya untuk menjaga stabilitas semangat beribadah dan semangat berbuat kebaikan, kita harus bisa menjaga empat hal tadi, yaitu, kepala, dada, perut, dan kemaluan dengan baik. Wallahu’alam.




