LOGO AZZAWIY Langsa

SINOPSIS

Abu Chik Diglee

image

Labirin Dan Al Qasr Al Dzahabi

Oleh : Abu Chik Diglee

LABIRIN artinya adalah tempat yang memiliki banyak jalan dan lorong lorong yang berliku serta bersimpangsiuran. Al Qasr al Dzahabi, artinya “Istana Keindahan,” yang terletak di kota Labirin(Baghdad).

Labirin, yang dimaksud dalam tulisan ini, adalah nama lain dari kota Baghdad, pasca dibangun oleh al Manshur. Sedangkan  al Qasr al Dzahabi adalah nama dari istana al Manshur, khalifah kedua Bani Abbasiyah.Nama lengkapnya Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad al Manshur. “Al Manshur” merupakan gelar tahta yang disematkan dalam penobatannya sebagai khalifah kedua Bani Abbasiyah.

Al Manshur adalah  isim maf’ul, yang artinya “Orang yang mendapat pertolongan.” “Sisi kelam” al Manshur adalah menghukum Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit di dalam penjara sampai wafat, karena imam Abu Hanifah menolak pengangkatan dirinya sebagai  Qadhi Qudhat(Hakim Agung) oleh al Manshur.

Kota Labirin (Baghdad) telah ada ratusan tahun sebelum al Manshur berkuasa, tetapi dialah yang menghidupkan kota Labirin (Baghdad), dengan cara memindahkan ibukota Bani Abbasiyah dari kota Hasyimiyah, sebuah kota dekat Kufah ke kota Labirin(Baghdad).

Al Manshur membangun Kota Labirin (Baghdad),dengan mengerahkan seratus ribu orang ahli bangunan.Kota Labirin (Baghdad), dibangun selama empat tahun tanpa henti, dengan jumlah beaya yang dihabiskan sebesar 3,88 juta Dirham.

Hasilnya, Baghdad menjadi kota Labirin yang unik,indah,megah, dan memukau. Arsitektur pembangunan kota Labirin (Baghdad) adalah dua orang Arsitek Persia, yaitu, Nowbakht dan Mashallah. Bentuk kota Labirin (Baghdad) adalah bundar, sehingga kota Baghdad, juga dikenal dengan “Kota Bundar.”Kota Labirin (Baghdad), dikelilingi oleh tiga tembok benteng yang di dalamnya dilengkapi beberapa bangunan megah, seperti “Istana Al Qasr al Dzahabi,” Masjid Agung al Manshur, Alun Alun, Pasar, Parit, dan Kanal saluran air, yang juga sekaligus berfungsi sebagai benteng pertahanan.Kota Labirin (Baghdad), menjadi ikon kejayaan Islam di wilayah Timur.

Kota Labirin (Baghdad), telah tampil memukau menjadi kiblat peradaban dan kebudayaan dunia.Kota Labirin (Baghdad), tidak hanya megah secara phisik, tetapi juga jaya secara psikhis dan spiritual.Hal itu terlihat dengan jelas, melalui aura yang dipancarkan oleh kemegahan pusat perpustakaan terbesar pada era peradaban masa tersebut, yang dikenal dengan nama Baitul Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) atau Darul Hikmah (Gedung Pengetahuan).

Di dalam Baitul Hikmah, terdapat banyak ruang. Ada ruang riset, Perpustakaan, ruang biro terjemahan berbagai bahasa, dari peradaban  yang telah ada sebelumnya, seperti terjemahan karya karya Aristoteles dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Begitu juga dari bahasa Persia dan Romawi.Manfaat positif pengalihan bahasa dari tiga peradaban sebelumnya, yaitu Yunani,Persia, dan Romawi  ke dalan bahasa Arab, membuat ilmu di dunia Islam di kota Labirin (Baghdad), berkembang dengan sangat pesat.

Manfaat lain bagi kota Labirin (Baghdad) adalah banyaknya para pendatang yang menetap di kota itu untuk belajar tentang Islam dan ilmu pengetahuan. Akhirnya al Mansur, memindahkan pasar dari Darul Imarah ke Babul Karakh untuk memperluas Darul Hikmah. Di kota Labirin (Baghdad) inilah, al Manshur menggagas tentang pemilahan kekuasaan antara eksekutif dan yudikatif.Gagasan al Manshur di kota Labirin (Baghdad) ini pula, yang kelak menginspirasi pemikir politik Prancis bernama Montesquieu(1689-1755) di Eropa pada abad pertengahan, yang kemudian disempurnakannya menjadi Trias Politika, yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif. Hingga akhirnya, sampailah hal itu, di era ketatanegaraan moderen sekarang ini.

Banyak orang berpikir, Trias Politika adalah karya orisinal dari Montesquieu, padahal kota Labirin (Baghdad),telah lebih awal menerapkannya sejak era al Manshur (754.M). Lazim terjadi di dalam kehidupan ummat Islam, mereka mengira “sesuatu” itu, milik orang lain, tapi sebenarnya “sesuatu” itu adalah milik mereka sendiri, yang lama hilang karena faktor “deception.” Salah satu dari realitas tersebut, adalah “ide dasar” Trias Politikanya, Montesquieu. Wallahu’alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Sinopsis Abu Chik Diglee

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Politik itu

Related Posts

Post Terbaru