LOGO AZZAWIY Langsa

SINOPSIS

Abu Chik Diglee

image

Ibrahim Bin Adham

Oleh : Abu Chik Diglee

Salah satu sufistik besar pada zamannya adalah Ibrahim bin Adham, terkadang dipanggil dengan sebutan Ibrahim al Balkhi, nama lengkapnya Abu Ishaq Ibrahim bin Adham bin Manshur. Lahir pada tanggal 13 Mei 718 Masehi, Ia berasal dari Balkh, dan dilahirkan di daerah itu.

Balkh adalah salah satu kota di wilayah Khurasan yang sekarang telah menjadi bahagian wilayah negara Afghanistan, Balkh pernah menjadi pusat kebudayaan dan keagamaan pada era kekuasaan kerajaan Thakharistan, kerajaan ini didirikan oleh Ahmad bin Qais pada tahun 653 Masehi.

Ibrahim bin Adham wafat pada tahun 160 Hijrah atau tahun 778 Masehi di Syam. Ibrahim bin Adham adalah putra raja yang menempuh jalan hidup sebagai sufistik. Di dalam kitab al Mawa’iz al Ushfuriyyah, karya Syekh Muhammad Abu Bakar al Ushfury, diceritakan, bahwa Ibrahim bin Adham, sebagai putra raja memiliki kegemaran berburu di hutan dan di gurun pasir yang tandus, pada suatu hari di dalam perburuannya, ia melihat burung gagak mengambil sepotong roti bekalnya berburu yang ia letakkan di atas tas ditanah.

Kemudian ia ikuti burung gagak yang terbang rendah itu, ternyata sang gagak turun ke tanah dan menyuapkan sepotong roti itu kepada seorang hamba Allah yang terbaring dalam keadaan terikat, lalu Ibrahim bin Adham melepaskan ikatan tali orang itu, setelah ditanya oleh Ibrahim bin Adham, orang itu ternyata adalah seorang pedagang yang dirampok dan diikat oleh para perampok, ditengah tengah kondisinya yang terikat dan menahan lapar yang teramat sangat, ia berdo’a kepada Allah swt dan kemudian bertawakal kepada Allah swt, sejak itu datanglah seekor gagak yang selalu menyuapinya dengan roti selama tujuh hari ia dalam keadaan terikat seperti itu.

Baca juga :   Muhammad Al Maghriby

Mendengar cerita dan pengakuan pedagang itu, Ibrahim bin Adham teringat dengan surat al Thalaq, surat 65 ayat 3 : “Waman yatawakkal ‘alallahi fahua hasbuhu.” Artinya, “Siapa yang bertawakkal kepada Allah swt., maka Allah swt akan mencukupi kebutuhannya.” dan ia juga teringat surat Hud, surat ke 11 ayat 6.:”Wama min daabbatin fil ardhi illa ‘alallahi rizquha.” artinya,”Tidak ada satu makhluk-pun di bumi, kecuali Allah swt telah menjamin rezkinya.” Dengan demikian, spontan Ibrahim bin Adham menukar bajunya dengan baju wol kasar yang sederhana kepada penggembala ternak ayahnya yang ditemuinya di jalan, kemudian memberikan kuda dan semua bekal berburunya kepada si penggembala, lalu ia berjalan kaki dari wilayah Balkh menuju ke Mekkah, dengan meninggalkan seluruh harta, penghormatan orang, dan gelar putra mahkota.

Sesampainya di Mekkah, ia berguru kepada ulama dan sufistik ternama, yaitu, imam Sufyan al Tsaury dan syekh al Fudhail bin Iyadh.Di dalam perjalanan ruhaninya, Ibrahim bin Adham terus menerus berdo’a dengan kalimat: “Ya Allah! Pindahkanlah diriku dari kehinaan maksiat kepada-Mu menuju keagungan taat kepada-Mu.” Wallahu’alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Sinopsis Abu Chik Diglee

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Politik itu

Related Posts

Post Terbaru