LOGO AZZAWIY Langsa

SINOPSIS

Abu Chik Diglee

image

Dzawwaaqah

Oleh : Abu Chik Diglee

Dzawwaaqah adalah sebuah terminologi yang diperuntukkan bagi para hamba yang menyukai kemewahan hidup. Nabi saw menjelaskan, bahwa suatu hari kelak ummat Islam akan dicoba dengan banyaknya kekayaan dan kemewahan kehidupan.

Ummat Islam di masa itu suka berganti ganti jenis dan model pakaian. Sumber pakan melimpah ruah, dan mereka banyak menghabiskan waktu kehidupannya, hanya untuk makan berbagai jenis makanan.

Satu jenis makanan belum habis di makan, sudah dihidangkan jenis makanan yang baru. Rumah rumah mereka menjadi sangat indah dan dipenuhi oleh pernak pernik perhiasan yang memukau penglihatan orang yang melihatnya.

Kemudian para sahabat bertanya kepada Nabi saw., apakah ummat Islam di era itu menjadi ummat yang rajin dan taat beribadah, setelah mereka hidup bergelimang dengan berbagai kemewahan kehidupannya? Maka Nabi Muhammad saw menjawab, “keadaan yang pas pasan dan serba kekurangan itu, adalah lebih baik untuk kita. “Artinya lebih memberikan kesempatan dan semangat untuk taat dan rajin dalam beribadah kepada Allah swt. Ini artinya, kemewahan dan kesenangan hidup yang telah Allah swt anugrahkan kepada para hamba, tidak menjamin hadirnya ketaatan dan semangat ibadah seorang hamba kepada Allah swt.

Kemewahan hidup dan bergelimangnya harta, di dalam kehidupan para hamba, lebih banyak menghalangi para hamba, untuk taat dan lebih rajin dalam beribadah kepada Allah swt. Kehidupan yang kita jalani hari ini, jauh lebih mewah dari kehidupan yang dijalani oleh banyak para sahabat Nabi saw., tetapi kenyataannya, tingkat ketaatan dan semangat beribadah kita dengan para sahabat Nabi saw., masih kalah dan jauh tertinggal.

Kemewahan kehidupan dan harta benda yang melimpah, acap kali tampil sebagai halang rintang bagi para hamba untuk dapat taat dan bersemangat di dalam beribadah kepada Allah swt., yang muncul kemudian malah al takaatsur, yaitu bermegah megahan dan bermewah mewahan serta berbangga bangga dengan harta yang ada.

Baca juga :   Shamat

Dan ironisnya, hal itu berlangsung sampai para hamba dimasukkan ke liang kubur, pada saat ia telah meninggalkan dunia yang fana ini. Melihat realitas kehidupan yang seperti itu, maka biarlah kita mencari harta dunia sekadarnya saja, sebatas tidak melupakan nasib kita di dunia ini (wala tansa nashibaka min al dunya).

Jikapun ada, harta dunia yang berlebih pada diri kita, manfaatkanlah harta itu di jalan Allah swt., keluarkanlah zakatnya, sedekahkanlah, berinfaqlah, bantulah orang orang fakir dan orang orang miskin, bantulah rumah ibadah umat Islam yang masih membutuhkannya, dan bantulah lembaga lembaga pendidikan Islam yang masih mengharapkan uluran tangan untuk dibantu.

Para hamba yang bijak, adalah para hamba yang mempunyai perhitungan dan persiapan untuk alam Akhiratnya, untuk sebuah kehidupan di seberang kematiannya. Kehidupan di dunia ini begitu tentatif(sementara), fana (akan rusak dan sirna), serta dana (limit waktunya begitu singkat), unperenialis (bukan sesuatu yang abadi), kehidupan dunia dengan berbagai varian keindahannya, hanyalah sepenggal jalan dari sebuah perjalanan panjang, yang sedang kita tempuh.

Ingatlah kepada apa yang dipesankan oleh Nabi Muhammad saw., dipenghujung hadits tentang bahaya kemewahan dunia, yang diriwayatkan oleh imam al Tirmidzi, dari sayidina Ali bin Abi Thalib, dimana Nabi Saw bersabda: “Antum al yauma khairun ‘alaikum yauma’idzin. “Artinya, “Kamu pada hari ini, lebih baik daripada keadaan kamu pada hari itu (hidup dengan bergelimang kemewahan duniawiah).

Menolehlah ke belakang, cermatilah dengan baik, berapa banyak para hamba yang telah “gagal” dalam mengelola kehidupannya, dan pandanglah ke depan, tinggal berapa lama lagi sisa interval waktu kehidupan yang masih kita miliki, kehidupan yang sekarang sedang kita jalani, ada di dalam “genggaman” Yang Maha Memiliki, bukan milik kita. Wallahu’alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Sinopsis Abu Chik Diglee

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Politik itu

Related Posts

Post Terbaru