LOGO AZZAWIY Langsa

SINOPSIS

Abu Chik Diglee

image

Prehensi

Oleh : Abu Chik Diglee

PREHENSI merupakan sebuah nomenklatur yang terdapat di dalam filsafat proses Alfred North Whitehead. Dalam literatur inggris, biasa disebut dengan prehension, adapun akar dari istilah prehensi Whitehead dan prehension Inggris, adalah prehendere yang berasal dari bahasa Latin.

Prehensi artinya adalah mengambil, memegang, menangkap, dan mencengkram. Di dalam pandangan Whitehead, prehensi adalah suatu aktivitas atau kegiatan mengambil dan menyerap unsur unsur dari lingkungan dalam proses pembentukan diri setiap satuan aktual. Artinya, lingkungan begitu bermakna dalam membentuk eksistensi satuan aktual para hamba. Sehingga local Value (nilai nilai lokal) dan sekaligus universal value (nilai nilai universal), begitu bermakna dalam prikehidupan para hamba, dan dipandang sangat penting, sekaligus sangat strategis untuk memeliharanya di dalam setiap langkah kehidupan, banyak sekali hikmah kebaikan, yang tersimpan disebalik kearifan dan nilai nilai lokal, universal serta lingkungan, tempat dimana kita dilahirkan, menjalani hidup, dan dibesarkan.

Dalam rangka penguatan dan penyempurnaan “value” akhlak dan adab itulah Nabi Muhammad saw di utus sebagai Rasul. Nabi Muhammad saw sendiri bersabda di dalam hadits riwayat imam al Hakim yang termaktub di dalam kitabnya al Mustadrak ‘Ala al Shahahain, jilid 2, halaman 670 dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda :”Innamaa bu’itstu li utammima makaarima (shaalihu) al akhlaq. “Artinya, “Adapun sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan (keshalihan) akhlak. “Akhlak begitu bermakna di dalam sebuah peradaban. Karena kehidupan dan peradaban yang miskin akhlak, ibarat jasad kehilangan ruh. Dengan kata lain, peradaban yang hampa akhlak, tidak lebih hanya “seonggok bangkai.”

Oleh karenanya, sebuah peradaban tidak boleh sepi dari peringatan,yang berkaitan dengan nilai nilai akhlak dan adab. Allah swt di dalam al Qur’an, surat al Dzariyaat(51), ayat 55, berfirman, yang artinya, “Dan beri ingatlah, karena sesungguhnya memberi ingat itu, bermanfaat bagi orang yang beriman. “Whitehead sengaja memakai istilah prehension, dan tidak menggunakan istilah preception, karena preception selalu dikaitkan dengan penyerapan inderawi yang didasari unsur kognitif.

Baca juga :   Al Harits Al Muhasiby

Bagi Whitehead, istilah “preception” mengandung pengertian yang sama dengan terminologi “apprehension” yang dikemukakan oleh Leibniz, yang artinya “mengerti melalui penalaran akal.” Leibniz yang dimaksud adalah Gottfried Wilhem Leibniz (Von Leibniz), filosof Jerman keturunan Serbia, yang lahir tanggal 1Juli 1646 di Leibniz – Jerman dan meninggal pada tanggal 14 November 1716 di Hannover-Jerman. Ia berpaham “Theodicee”, sebuah paham yang menyebutkan bahwa “manusia hidup di dunia yang baik, karena Tuhan telah menciptakan dunia dengan sempurna.”Whitehead sengaja menggunakan istilah “prehension”, karena ingin menegaskan bahwa penyerapan atau “appropriasi” yang paling mendasar atas unsur unsur lingkungan dalam proses menjadi dirinya sendiri (proses konkresi) dan dalam menyumbangkan diri pada proses pembentukan satuan aktual lain (proses transisi), itu tidak semuanya disertai kesadaran, dan tidak selalu bersifat kognitif.

Di dalam setiap “prehensi” terkandung 5 faktor, yaitu, pertama, the subject which feels (subjek yang merasakan), kedua, initial data which are being felt (data awal yang dirasakan), ketiga, elimination through negative prehension (eliminasi unsur unsur yang dieksklusikan dalam prehensi negatif), keempat, objective datum being felt (data objektif yang dirasakan), kelima, subjectif form (bentuk subjektif), yaitu cara bagaimana subjek “merasakan” data objektif.

Uraian uraian Whitehead tentang prehensi, pada intinya ingin membangun pola kehidupan dan peradaban, yang dapat mengambil dan mencengkram kuat, nilai nilai akhlak dan adab yang terserap melalui lingkungan, tempat dimana manusia hidup dan membangun peradabannya, sehingga mewujud integralistik, tidak hanya antara akal dan budi,tetapi juga berbagai kearifan yang mampu mengantarkan manusia menjadi “manusia yang memanusia”, bukan manusia yang “menghewan” apalagi manusia yang “mengiblis.” Wallahu’alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Sinopsis Abu Chik Diglee

Abu Chik Diglee

Tgk. Dr. H. Zulkarnain, MA

Abu Chik Diglee, nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. Selain memimpin Majelis Ratib Haddadiyah, Abu Chik Diglee menjabat sebagai Ketua Prodi Hukum Keluargan Islam (HKI) Pascasarjana IAIN Langsa.

Popular Sinopsis Abu Chik Diglee

Politik itu

Related Posts

Post Terbaru